( عبادة، عبودبة دان عبودة )
#KESEMPURNAAN ZAUQI SEORANG HAMBA DICAPAI MELALUI TARBIYAH ROHANIAH SEORANG GURU ( MURSYID) YG SUDAH MEMBUANG SEMUA KELAYAKAN DAN KEAKUAN DIRINYA
"Ibadah" dan "Ubudiyah" sering diertikan sebagai;
melaksanakan perintah-perintah Allah dan merasa hina serta tunduk di hadapan Allah s.w.t. Meski keduanya memiliki pengertian yang sama oleh sesetengah orang, namun sebahagian besar ulama menyatakan bahawa kedua kata ini berbeza ertinya sebagaimana halnya, kedua berbeza dalam bentuknya.
Yang dimaksud "ibadah" adalah;
Menghabiskan hidup dengan melaksanakan perintah-perintah dan taklif dari Allah s.w.t. Ini berbeza dari makna "ubudiyah" yang bererti;
Selalu memiliki kesedaran sebagai hamba dari Allah s.w.t. Perbedaan ini menjelaskan bahawa seseorang yang selalu melaksanakan ibadah akan disebut dengan julukan "al-abid" (ahli ibadah), sementara orang yang melaksanakan "ubudiyah" adalah disebut dengan julukan "al-'abd" (hamba).
Apa makna taklif?
Pengertian dari hukum taklif menurut istilah adalah hukum atau ketentuan dari Allah swt kepada seorang mukallaf (seseorang yang telah akil baligh dan sempurna akal) untuk melaksanakan atau bahkan meninggalkan suatu perbuatan. Hukum taklif ini dibagi menjadi 5 hukum. Jenis hukum taklif adalah wajib, sunnah, haram kemudian makruh dan juga mubah yakni harus.
Selain itu, perbedaan nyata antara "ibadah" dan "ubudiyah" adalah bahawa ibadah merupakan bentuk pelaksanaan setiap taklif, baik dalam urusan harta maupun badan dengan susah payah yang di iringi perasaan khauf dan raja` yang betul pada niat dan keikhlasan. Sementara ubudiyah adalah setiap amal dan kewajiban yang dalam pelaksanaannya tidak bersandar dengan berbagai dimensi ini kerana dia hamba kepada Tuannya.
Sebahagian sufi mendefinisikan "ibadah" sebagai bentuk pelaksanaan kewajiban untuk menghambakan diri kepada Allah swt (al-riqq lillâh), bermakna masih merasa dan menyaksi dirinya beribadah dari dirinya kepada Allah swt. Ibadah itu dilihat hasil usaha, ikhtiar, kehendak, daya dan perbuatan dari dan dengan dirinya kepada Allah swt.
Sementara "ubudiyah" adalah kewajiban yang ditunaikan oleh para pemiliki perasaan (al-syu'ûr) dan mata batin (al-bashîrah). Yakni ubudiyyah adalah melakukan penghambaan dengan Allah swt (berada diantara Allah dan dirinya) tapi masih ada dirinya.
Sementara "ubudah" adalah kewajiban penghambaan yang tertunaikan pada mazharnya atau jasadnya oleh Pemilik Hakiki seperti yang dikehendaki di Ayan As Tsabitah dialam sifat-sifat-Nya didalam ilmu Allah, Kehendak Allah dan Kuasa Allah semata yang tercatat semua itu di Lauhul Mahfuz atau Kitabun Mubin (takdir) dan dia menyaksi pada dirinya dengan penuh Tauhid. Ubudah adalah perbuatan penghambaan didalam hak Allah swt dan fana dari hak keesaan diri sama sekali.
Ubudah adalah inti dari kejernihan hati dari merasa berbuat ketika dirinya diperbuat dan kekal nafi dan menafi terus isbat mengisbat (menetapkan) hak mutlak pemilik segala dzat, sifat dan afa'al (perbuatan) kepada Pemilik Hakiki dan dia adalah mazhar Allah tempat penisbahan untuk diuji ketauhidannya ketika diberi rasa melakukan penghambaan ketika dirinya diperlihatkan menunaikan semua taklif dan tempat menyaksi hak keESAan mutlak.
Ibadah adalah; Amal yang dilakukan para pelaku mujahadah.
Ubudiyah adalah; Upaya para pelaku mukabadah, yaitu mereka yang berusaha menaklukkan kesulitan yang tidak dapat ditaklukkan.
Ubudah adalah; Keadaan orang-orang yang bergerak menuju Allah al-Haqq swt dengan keluasan hati dan kelapangan jiwa mereka dan menyaksi (syuhud).
"Ibadah adalah amalan syariat, ubudiyyah adalah jalan tariqat, dan ubudah adalah menyaksikan hakikat".
Ibadah adalah perbuatan orang yang terhijab, ubudiyyah adalah perbuatan orang yang sedang berjalan kepada Allah yakni menjalani wirid khusus, dan ubudah adalah perbuatan Ahli Ma'rifah.
Ibadah adalah perbuatan Ahli Kebenaran, ubudiyyah adalah perbuatan orang-orang yang mendekatkan (jiwa dan raga) kepada Allah, dan ubudah adalah tempat orang-orang dimuliak
an.
Ibadah adalah perbuatan orang yang mengaku dari dirinya dan dengan dirinya sendiri yakni bahawa penghambaannya dari dan dengan dirinya kepada Allah, ubudiyyah adalah perbuatan orang yang melihat dirinya dari dan dengan Allah dan ubudah adalah perbuatan orang-orang yang sudah mutlak sirna (fana) wujud diri, wujudnya adalah tajalli asma-asma dan sifat-sifat Allah swt semata.
Ibadah adalah perbuatan orang yang berilmu, ubudiyyah adalah perbuatan Wali (kekasih Allah) dan ubudah adalah perbuatan Ahli Ma'rifat dan Hakikat yang mempunyai kebesaran (kemuliaan).
Ibadah adalah tempat bagi orang yang "Hanya kepada-Mu lah kami menyembah", ubudiyyah adalah tempat bagi orang yang "Hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan", dan ubudah adalah tempat bagi orang yang sirna dalam memandang (dzahir) dan kekal syuhud pada Hakikat sesuatu.
Ibadah adalah perbuatan anggota badan, ubudiyyah adalah perbuatan hati, dan ubudah adalah perbuatan roh.
Maka orang yang beribadah adalah orang yang bahagia serta mendapat pahala, ganjarannya ialah syurga, dan orang yang Ahli Ibadah itu orang yang khusus, kekhususan tersebut pendekatkan dari Allah, seorang hamba (sejati) itu orang yang redha dan pergantian (wujud perwakilan yakni khalifah) dari Allah.
Ibadah adalah bentuk nyata mentuhankan dan mengesakan, ubudiyyah adalah bentuk nyata dari ketunggalan yakni Wahidiyah (hakikatnya adalah Allah semata) dan ubudah adalah bentuk nyata segala sesuatu itu berujung keesaan yakni Ahadiyah (bahkan dirinya itu berbuat bukanlah dirinya. dirinya hanya mayat yang tak berupaya).
Syeikh Abu Al-Qasim Al-Qusyairi mengatakan, saya telah mendengar Ustaz Abu Ali Ad-Daqaq berkata; Ubudiyah lebih sempurna daripada ibadah. Tingkatan dasarnya adalah ibadah kemudian ubudiyah, dan yang tertinggi adalah ‘ubudah.
Ibadah dimiliki oleh orang awam (umum). Ubudiyah dimiliki oleh orang khawas. ‘Ubudah dimiliki oleh orang khawas al-khawas.”
Beliau juga mengatakan, “Ibadah dimiliki oleh orang yang memiliki ilmu yakin. Ubudiyah dimiliki oleh orang yang mempunyai ainul yakin. Dan ubudah dimiliki oleh orang yang mempunyai haqqul yakin”.
Beliau juga mengatakan, ibadah dimiliki oleh orang yang mujahadah (bersungguh-sungguh). Ubudiyah dimiliki oleh orang yang Mukabadah (Yang terbebani dengan beratnya cubaan), Ubudah dimiliki oleh orang yang musyahadah (menyaksikan hakikat Ketuhanan).
Barang siapa yang tidak merendahkan dirinya maka dia adalah pemilik ibadah. Barang siapa yang tidak kikir pada hatinya maka dia adalah pemilik ubudiyah. Sedangkan barang siapa yang tidak kikir pada ruhnya maka ia adalah pemilik ubudah.
Abu Abdullah Muhammad bin Khafif pernah ditanya “Bilakah ubudiyah dianggap sah?” Dia menjawab, “Apabila dia telah menyerahkan semua urusan kepada Tuhannya dan bersabar atas segala cubaan-Nya”.
Junaid al-Baghdadi mengingatkan bahawa manusia tidak akan pernah dapat mencapai ubudiyah yang sejati kepada Allah s.w.t. selama ia belum terbebas dari belenggu yang selain Allah s.w.t. Selagi itu, syirik tidak terbebas darinya.
Jadilah kamu seorang Hamba Allah yang sentiasa TAAT tanpa mengharapkan apa apa balasan dan ganjaran duniawi mahupun ukhrawi,
tidak terlintas padanya akan sesuatu ganjaran, bukan sahaja meminta ganjaran, BAHKAN TIDAK TERLINTAS, TIADA LINTASAN LANGSUNG. Barangsiapa yang mengajak kamu kepada sesuatu (habuan/tujuan) sesungguhnya dia telah menipu kamu"
#CnP