Rabu, 26 Jun 2019

Tarbiah dlm Tarekat

*Tarbiah dlm Tarekat ini ialah menyucikan murid2 dr kesan2 jalan sufi dan ahwal mereka, amatlah dikesali jika dikiaskan (diumpamakan) tarekat ini dgn tarekat lain, tidak akan berjaya sesiapa yang masuk dlm tarekat ini dgn fahaman sufi dan ahwal mereka, sbb itu awal kalam Sidi Ahsan Al Ba'qili dlm kitab _Al Iraah_ menegaskan bahawa Tarekat Tijaniah bukanlah dari tasawwuf sesuatu apa pun, ia adalah apa yg dibawa oleh Rasulullah dan para Sahabat yg suci mereka dari habuan dan tujuan serta Allah*

~Sayyidi Ahmad Alhadi Alhasani
#HadrahKhasUntukAhliKhas

SALAH PAHAM TENTANG TAREKAT

Kalau anda memahami tarekat itu SEBUAH PERKUMPULAN ZIKIR maka anda boleh ikut atau tidak di dalamnya karena di dunia ini banyak perkumpulan-perkumpulan sejenis yang berbasis agama dan kalau anda memahami tarekat adalah KUMPULAN BACAAN ZIKIR yang dibacakan disaat tertentu maka anda boleh tidak bergabung di dalamnya karena anda bisa mengambil bacaan zikir yang lain tidak harus sama dengan apa yang diamalkan oleh orang-orang tarekat. Begitu pun kalau anda memahami tarekat sebagai CARA UNTUK MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH anda pun bisa berdalih bahwa dengan ibadah-ibadah yang ada anda bisa dekat dengan Allah. Lalu bagaimana kita memahami tarekat?

Tarekat tidak bisa dimaknai terpisah seperti di atas karena akan kehilangan makna yang sebenarnya. Tarekat berasal dari kata THARIQATULLAH atau jalan menuju kehadirat Allah SWT. Bahasa dulu dipahami sebagai jalan sedangkan dalam bahasa modern lebih tepat disebut sebagai METODOLOGI atau CARA. Jadi tarekat adalah metodologi untuk melaksanakan ajaran agama secara benar sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah SWT.

Ketika Nabi masih hidup, metode untuk mendekatkan diri kepada Allah ini disebut THARIQATUSSIRRIYAH atau JALAN RAHASIA dan kemudian menjadi cikal bakal istilah tarekat dan di zaman kemudian dikenal berbagai macam jenis tarekat. Kehidupan Nabi di mesjid bersama dengan orang-orang yang 24 jam tinggal bersama Nabi yang disebut AHLUSSUFFAH itu adalah bentuk dari pelaksanaan tarekat yang sampai saat ini tetap dipertahankan.

Tujuan bertarekat tidak lain adalah bisa mengikuti SUNNAH NABI SECARA ZAHIR DAN BATHIN dimana akhir zaman ini kebanyakan orang yang sibuk mengikuti sunnah Nabi secara zahir saja. Cara berpakaian, makan, minum dan kehidupan fisik Nabi dijadikan panutan itu bagus namun yang lebih bagus lagi adalah ROHANI KITA bisa tersambung kepada ROHANI NABI karena fisik dengan fisik akan terpisah oleh zaman sedangkan ruh dengan ruh tidak akan terpisah.

Kita bisa mengikuti gaya Nabi dalam segala hal tapi sudah pasti kita tidak akan bisa mengambil RASA YANG DIRASAKAN OLEH NABI. Kita bisa meniru shalat Nabi tapi getaran dada Nabi dan tangisan Beliau di dalam shalat tidak akan pernah bisa kita ambil karena itu BUKAN RANAH FISIK atau SYARIAT, itu adalah BAGIAN TASAWUF yang dipraktekkan lewat tarekat.

Manusia tidak akan bisa merindukan Allah kalau dia tidak mengenal dengan baik dan cara mengenal paling sempurna adalah lewat tarekat. Maka KETIKA TAREKAT DI BID’AHKAN saat itulah ummat Islam KEHILANGAN KONTAK DENGAN ALLAH, itulah tujuan para orientalis dan yahudi lewat ajaran-ajaran yang disusupkan di dalam Islam UNTUK MENGHANCURKAN ISLAM DARI DALAM .

Di dunia ini hanya ada satu kelompok yang MEMBID’AHKAN BAHKAN MENGHARAMKAN TAREKAT DAN TASAWUF yaitu kelompok ciptaan orientalis yang menyusup ke dalam Islam. Kelompok ini pula yang melarang kita mewujudkan cinta kepada Nabi lewat berbagai bentuk seperti maulid dan pujian kepada Nabi. Ummat Islam ditakut-takuti dengan istilah menyeramkan yaitu SYIRIK.

Satu hal yang harus di sadari oleh ummat Islam bahwa INTI SARI dari beragama adalah ber AKHLAK. Akhlak itu tidak bisa dipelajari atau di tiru-tiru begitu saja. Anda ketika membaca hadist bahwa Nabi membuang duri dari jalan kemudian anda melakukan kebaikan itu dan anda merasa sudah mengikuti Nabi, anda keliru. Meniru 100% apa yang dilakukan Nabi tidak akan memindahkan apa yang ada didalam dada Beliau. AHKLAK YANG HAKIKI itu bukan di dapat lewat meniru apalagi hanya dengan modal membaca tapi di dapat dengan cara “MENDOWNLOAD” dari dada Nabi sehingga 100% murni anda terima.

Bagaimana cara Mendownloadnya? Dengan menghubungkan dada anda kepada dada Khalifah Rasulullah terakhir dan TERSAMBUNG SANAD DAN ROHANINYA sehingga apa yang ada di dada Nabi akan berpindah ke dada anda. Cara inilah yang dipakai Nabi untuk mengubah akhlak masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang terpuji karena mereka mendapatkan GETARAN ILAHIYAH lewat dada Nabi.

KETIKA TAREKAT ANDA TOLAK maka yang terjadi anda hanya bergaya saja mengikuti sunnah Nabi sedangkan di dada anda masih BERSEMAYAM SETAN yang dikutuk oleh Allah. Persis seperti orang buta huruf yang tidak tamat SD mencontoh gaya dokter dengan cara meniru fisiknya, memakai baju dokter dan peralatan dokter. Tampak luar dia persis seperti dokter tapi isi dalamnya tetap orang bodoh. Begitu juga orang yang meniru gerak gerik dan ibadah Nabi secara zahir tetapi di dalamnya.

*اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ ۞ وَالخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ ۞ نَاصِرِ الحَقِّ بِالحَقِّ ۞ وَالهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ المُسْتَقِيمِ ۞ وَعَلَى آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيمِ ۞*

*sumber sufi Muda

Selasa, 25 Jun 2019

Bahaya Ujub


UJUB ialah perasaan kagum atas diri sendiri. Merasa diri hebat. Bangga diri. Terpesona dgn kehebatan diri.

Org yg rajin ibadah merasa kagum dgn ibadahnya.

Org yg berilmu, kagum dgn ilmunya

Org yg cantik, kagum dgn kecantikkannya

Org yg dermawan, kagum dgn kebaikannya

Org yg berdakwah, ksgum dgn dskwahnya.

Ingatlah, semua kelebihan adalah anugerah dari Allah. Oleh itu kagumlah hanya kpd Allah. Bukan diri sendiri!

Renungan dn muhasabah di pagi yg mulia ini buat kita insan yg lemah dn rapoh dlm ujian Allah.

Sama2lah kita cuba memperbaiki diri kita ke arah yg lebih baik.

Inn Syaa Allah.

Tazkirah

🌴Bismillah,
Alhamdulillah...

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh...

*SETIAP RUH SUDAH KENAL ALLAH.*

> *"AWALUDDIN MAKRIFATULLAH"* iaitu "AWAL AGAMA" mengenal Allah.

> *IMAM GHAZALI MENGATAKAN "WAJIB MENGENAL ALLAH SEBELUM KITA MENYEMBAHNYA".*
> Imam ghazali menganggap bahawa ilmu tasawuf itu ialah tuntutan yang dapat menyampaikan manusia kepada mengenal Tuhan dengan sebenar-benarnya (Makrifatullah). ( Aboebakar Atjeh, Pengantar sejarah Sufi Dan Tasauf, 16 (1977) ).

> Pertama-tama yang mengajar kita mengenal Allah adalah Allah sendiri semasa di alam ruh sebelum kita dilahirkan,
kita punya ruh sudah Dia kenalkan kepada Diri-Nya, Firman Allah Ta'ala: Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengamnbil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"Mereka menjawab:Benar (Enkau Tuhan kami), kami jadi saksi." (Al Araaf 7:172).

> Setiap ruh sudah kenal Allah dengan itu setiap manusia dilahirkan dalam berkeadan muslim atau islam.

> Syaitan menyelewengkan dia(manusia), kemudian dia menyelewengkan anak cucu dia.

> Setiap manusia membawa cahaya makrifat bersamanya iaitu cahaya pengenalan.

> Cahaya makrifat ini tersemat di dalam hati kita dan dia tidak akan hilang walaupun dia di gelapkan dengan dosa.

> Cahaya makrifat menjadi naluri setiap manusia mencari Allah walau pun dia tersilap tapi naluri mencari Allah itu tetap ada.

*NOTA - Allah berfirman Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengamnbil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"Mereka menjawab:Benar (Enkau Tuhan kami), kami jadi saksi." (Al Araaf 7:172). -*
*NOTA - Aku (Allah) ciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan muslim semuanya kemudian syaitan mendatangi lalu menyimpangkan mereka dari agama mereka. ( Terjemahan Sahih Muslim Bk. 4, 865 (1994) ). -*

*NOTA - Rasulullah bersabda Setiap anak yang dilahirkan itu dilahirkan dalam keadaan Islam. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani dan musyrik. ( Terjemahan Sunan At Tirmizi Bk. 3, 635-636 (1993)Sahih Al Bukhari Vol.8.389-390 (1984) ). -*

*NOTA - Imam ghazali menganggap bahawa ilmu tasawuf itu ialah tuntutan yang dapat menyampaikan manusia kepada mengenal Tuhan dengan sebenar-benarnya (Makrifatullah). ( Aboebakar Atjeh, Pengantar sejarah Sufi Dan Tasauf, 16 (1977) ). -*

*TURUN NAIK NYA NAFAS UNTUK DZIKIR*
-------------------------------------------------------
"Jika Asma Allah diucapkan sekali saja dengan lisan, itu disebut dzikir (mengingat) lisan, namun jika Nama Allah diingat dengan hati, maka itu akan sebanding dengan dengan tiga puluh lima juta ucapan-ucapan (dzikir) lisan, itulah dzikir hati atau dzikir sirr..
_______________________________
Ada 35 juta pembuluh darah dalam tubuh, dan semua terhubung ke jantung, Jika Nama Allah diucapkan bahkan sekali saja (dengan hati) maka semua yang mengalir mengucapkan juga..
_______________________________
Rasulullah saww bersabda : “Wahai Abu Dzarr, Berzikirlah kepada Allah dengan zikir khamilan”
_______________________________
Abu Dzarr bertanya : “Apa itu khamilan?”
_______________________________
Sabda Rasul : “Khafi (dalam hati)”
_______________________________
TAHAP pertama zikir adalah zikir LISAN, Kemudian zikir KALBU yang cenderung diupayakan dan dipaksakan, Selanjutnya zikir kalbu yang berlangsung secara lugas, tanpa perlu dipaksakan, Serta yang terakhir adalah ketika Allah sudah berkuasa di dalam kalbu disertai sirnanya zikir itu sendiri..
_______________________________
Inilah rahasia dari sabda Nabi saw : ”Siapa ingin bersenang-senang di taman surga, perbanyaklah mengingat Allah”
_______________________________
TANDA bahwa sebuah zikir sampai pada SIR (nurani yang terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah
ketika pelaku zikir dan objek zikirnya lenyap tersembunyi..
_______________________________
Zikir Sir terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya, Tandanya, apabila engkau meninggalkan zikir tersebut ia takkan meninggalkanmu..
_______________________________
Zikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar kepada kondisi hudhur (hadirnya kalbu), Salah satu tandanya, zikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu
sehingga seolah–olah tertarik oleh rantai..
_______________________________
Indikasinya, zikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup, Namun engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu senantiasa bersih menyala..
_______________________________
Zikir yang masuk ke dalam sir terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku zikir
seolah–olah lisannya tertusuk jarum Atau semua wajahnya adalah lisan yang sedang berzikir dengan cahaya yang mengalir darinya..
_______________________________
KETAHUILAH, setiap zikir yang disadari oleh kalbumu didengar oleh para malaikat penjaga, Sebab perasaan mereka beserta perasaanmu, di dalamnya ada sir sampai saat zikirmu sudah gaib dari perasaanmu karena engkau sudah sirna bersama Tuhan, zikirmu juga gaib dari perasaan mereka..
_______________________________
Kesimpulannya, berzikir dengan ungkapan kata–kata tanpa rasa hudhur (kehadiran hati) disebut zikir lisan, berzikir dengan merasakan kehadiran kalbu bersama Allah disebut zikir kalbu, sementara berzikir tanpa menyadari kehadiran segala sesuatu selain Allah disebut Zikir Sir, itulah yang disebut dengan Zikir Khafiy..
_______________________________
Allah SWT berfirman : “Dan berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika) dengan merendahkan dirimu dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai” (QS 7 : 205)
_______________________________
_______________________________
REZEKI lahiriah terwujud dengan gerakan badan, REZEKI batiniah terwujud dengan gerakan kalbu, REZEKI sir terwujud dengan diam, sementara
REZEKI akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang untuk Allah dan bersama Allah..
_______________________________
_______________________________
Nutrisi dan makanan bukanlah konsumsi rohani, melainkan komsumsi badan, Adapun yang menjadi konsumsi rohani dan kalbu adalah mengingat Allah Zat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib..
_______________________________
Allah SWT berfirman : “Orang–orang beriman dan kalbu mereka tenteram dengan mengingat (zikir kepada) Allah.”
_______________________________
Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berzikir bersamamu, Sebab engkau berzikir dengan lisanmu, lalu dengan kalbumu, kemudian dengan nafs–mu, kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu dengan sirmu..
_______________________________
_______________________________
Bila engkau berzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua benda mati akan berzikir bersamamu..
_______________________________
_______________________________
Bila engkau berzikir dengan kalbu,
pada saat yang sama alam beserta isinya ikut berzikir bersama kalbumu..
_______________________________
_______________________________
Bila engkau berzikir dengan nafs–mu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga turut berzikir bersamamu....
_______________________________
_______________________________
Bila engkau berzikir dengan rohmu, pada saat yang sama singgasana Allah (‘Arsy) beserta seluruh isinya
ikut berzikir bersamamu..
_______________________________
_______________________________
Bila engkau berzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa Arsy dan roh orang–orang yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berzikir bersamamu..
_______________________________
_______________________________
Bila engkau berzikir dengan sirmu, Arsy beserta seluruh isinya turut berzikir hingga zikir tersebut bersambung dengan zat–Nya..
_______________________________
_______________________________
Imam al-Baqir dan Imam ash-Shadiq as berkata : “Para malaikat tidak mencatat amal shalih seseorang kecuali apa-apa yang didengarnya, maka ketika Allah berfirman : “Berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika)”, tidak ada seorangpun yang tahu seberapa besar pahala zikir di dalam hati dari seorang hamba-Nya kecuali Allah Ta’ala sendiri”..
_______________________________
DI DALAM riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda : “Zikir diam (khafiy) 70 kali lebih utama daripada zikir yang terdengar oleh para malaikat pencatat amal.. “ (Al-Hadits)
_______________________________
Bila sang hamba mampu melanggengkan Zikir Khafi serta meyakini bahwa semua Alam Lahir dan Alam Batin merupakan pengejewantahan dari nama-nama-Nya
maka ia akan merasakan kehadiran-Nya di semua tempat dan merasakan pengawasan-Nya dan jutaan nikmat-nikmat-Nya..
_______________________________
Perasaan akan kehadiran-Nya ini
akan mencegah sang hamba dari berbuat dosa dan maksiat..
------------------------------------------------------

cpf

Ahad, 23 Jun 2019

ALLAH BUKAN DI LANGIT

Jabatan Mufti N9

{Bantahan terhadap syubhat-syubhat kaum Mujassimah yang berkeyakinan bahawa Allah bertempat di langit}

Di antara dalil yang sering kali menjadi pegangan kaum Mujassimah adalah firman Allah Ta’ala berbunyi:

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ (16) أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17)

Ertinya: Apakah kamu berasa aman terhadap Allah yang ada di langit bahawa Dia akan menunggang balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang ada di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? (Q.S. al-Mulk: 16-17)

Kaum Mujassimah mengatakan, ayat ini secara tegas menjelaskan kepada kita bahawa Allah itu bertempat di langit. Kenapa kita tidak mahu beriman dengat ayat ini?

Bantahan

Berdasarkan dalil-dalil yang telah kami kemukakan pada bahagian (1) tulisan ini sebelumnya, baik ayat-ayat al-Qur’an, hadits Nabi mahupun dalil akal yang bersifat qath’i, maka kita berkeyakinan bahawa Allah Ta’ala mustahil bertempat di langit mahupun pada sesuatu tempat. Kerana itu, semua nas-nas syara’ yang zahirnya menunjukkan bahawa Allah Ta’ala bertempat wajib difahami dengan makna yang menyucikan Allah dari sifat-sifat baharu tersebut. Kerana itu, Qadhi ‘Iyadh mengatakan:

لا خلاف بين المسلمين قاطبة فقيههم ومحدثهم ومتكلمهم ونظارهم ومقتدهم أن الظواهر الواردة بذكر الله تعالى في السماء كقول الله تعالى ءأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الارض ونحوه ليست على ظاهرها

“Tidak diperselisihkan di antara kaum Muslimin, baik ahli fikh, ahli hadis, ahli teoloqi bahwa zahir-zahir nas yang datang menyebut Allah di langit seperti firman Allah: “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang ada di langit bahwa Dia akan menunggang balikkan bumi bersama kamu?” dan yang semisalnya itu tidak diertikan secara zahirnya.”[1]

Dalam menerangkan riwayat hamba perempuan yang ditanya Rasulullah SAW kepadanya di mana Allah, Imam al-Nawawi berpandangan seperti berikut:

هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ أحَادِيثِ الصِّفَاتِ وَفِيهَا مَذْهَبَانِ تَقَدَّمَ ذِكْرُهُمَا مَرَّاتٍ فِي كِتَابِ الْإِيمَانِ أَحَدُهُمَا الْإِيمَانُ بِهِ مِنْ غَيْرِ خَوْضٍ فِي مَعْنَاهُ مَعَ اعْتِقَادِ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَتَنْزِيهِهِ عَنْ سِمَاتِ الْمَخْلُوقَاتِ وَالثَّانِي تَأْوِيلُهُ بِمَا يَلِيقُ بِهِ

“Hadis ini termasuk hadis-hadis sifat. Padanya ada dua aliran (penafsiran), telah berulang kali diterangkan tentangnya dalam Kitabul Iman, Aliran pertama: mengimaninya tanpa membincangkan maknanya dengan keyakinan bahwa Allah Ta’ala tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya, dan mensucikan-Nya dari sifat-sifat makhluk. Aliran kedua : menta’wilkannya dengan memaknainya sesuai makna yang layak bagi-Nya.”[2]

Apabila kaum Mujassimah mengatakan wajib memahami ayat di atas dengan makna zahirnya, maka dapat kita kemukakan di sini bahawa banyak sekali nas-nas syara’, baik al-Qur’an mahupun hadits Nabi dimana makna zahirnya justeru bertentangan dengan makna zahir ayat di atas. Lalu adakah kita harus memahaminya dengan makna zahir? Jawabnya tentu tidak sama sekali. Berikut ini nas-nas syara’ yang zahirnya menunjukkan bahawa Allah Ta’ala tidak hanya bertempat di langit, antara lain:

1.        Firman Allah berbunyi:

وَهُوَ اللهُ فِي السَمَواتِ وَ الأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَ يَعْلَمُ مَا تَكْسِبُوْنَ.َ

Ertinya: Dan Dialah Allah di langit mahupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahsiakan dan apa yang kamu zahirkan dan mengetahui apa yang kaum usahakan. (Q.S. al-An’am: 3)

Seandainya kaum Mujassimah mengatakan wajib mengertikan nas-nas syara’ tentang sifat Allah secara zahir, maka pastilah ia akan merobohkan akidahnya sendiri, sebab zahir ayat ini mengandungi makna bahawa Allah itu berada di langit dan bumi, bukan hanya di langit saja sebagaimana akidah mereka.

Padahal tiada seorang pun dari umat Islam yang mengatakan bahawa Allah bertempat di langit dan di bumi. Maha Suci Allah dari bertempat di langit dan di bumi. Kerana itu, para ulama Islam, baik salaf mahupun khalaf tidak memahami ayat di atas secara zahirnya.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan para ulama tafsir bersepakat menolak pemahaman kaum Jahmiyah yang mengatakan bahawa Allah Ta’ala berada pada setiap tempat bersandarkan kepada ayat ini. Selanjutnya Ibnu Katsir mengatakan setelah terjadi kesepakatan tersebut, para ulama  tafsir berbeza pendapat dalam mentakwilnya, yang lebih sahih dari tafsir-tafsir itu adalah Yang diseru itu adalah Allah yang disembah, diesakan dan diakui ketuhanannya oleh orang-orang yang ada di langit dan di bumi.[3]

2.        Firman Allah SWT:
وهُوَ مَعَكمْ أَيْنَما كُنتُ.

Ertinya: Dan Dia bersama kamu di mana pun kamu berada. (Q.S. Al-Hadid: 4)

dan ayat:
وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالكُم
ْ
Ertinya: Dan Allah bersama kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu. (Q.S. Muhammad: 35)

Lafaz Allah adalah nama untuk zat bukan sifat. Jadi apabila difahami secara zahir sebagaimana doktrin kaum Mujassimah, maka ayat ini menunjukkan bahawa Allah berada di bumi bersama manusia. Kerananya, di sini tidak ada jalan lain selain mentakwilkan ayat di atas dan mengatakan bahawa zahir ayat ini bukan yang dimaksudkan.

Ibnu Katsir mengatakan tafsir Q.S al-Hadid: 4 ini adalah Allah selalu melihat dan menyaksikan segala perbuatan kamu dimana saja kamu berada, baik di darat mahupun di laut, malam atau siang, di rumah-rumah atau di gurun.[4] Sedangkan dalam mentafsirkan Q.S. Muhammad: 35, Ibnu Katsir mengatakan pada ayat ini merupakan khabar gembira dengan pertolongan dan kemenangan atas musuh. [5] Jadi maksud kedua ayat di atas bukan dalam erti zat Allah ada bersama mereka, tetapi yang ada bersama mereka itu hanya ilmu serta bashar Allah dan pertolongan serta anugerah kemenangan.

3.        Allah SWT berfirman:

فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (83) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (84) وَ نحْنُ أَقْرَبُ إلَيْهِ مِنْكُم و لكن لاَ تُبْصِرُوْنَ. (85)

Ertinya: Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkong, padahal kamu ketika itu melihat dan Kami lebih dekat kepadanya dari kamu, tetapi kamu tidak melihat (Q.S. al-Wâqi’ah: 85)

Ayat ini menjelaskan tentang seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut dan di sekelilingnya ada keluarga atau teman-teman dekatnya yang sedang mengerumuninya, di mana jaraknya sangat dekat dengannya, akan tetapi Allah menegaskan: “Kami lebih dekat kepadanya dari kamu”.

Jika ayat ini harus dimaknai secara zahir tanpa mentakwilkannya, maka akan bermakna Allah berada di bumi di sisi hamba yang sedang dalam keadaan sakaratul maut itu.  Dan itu ertinya, Allah Ta’ala tidak berada di langit seperti yang diyakini kaum Mujassimah. Kerana itu, ayat-ayat yang seperti ini yang makna zahirnya menunjukkan kepada bahawa Allah bertempat, baik bertempat di langit mahupun di bumi harus dimaknai dengan makna lain yang sesuai dengan keagungan Allah dan kesucian-Nya.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, makna “Kami” pada ayat ini adalah para malaikat Kami.[6] Ini sama halnya dengan seorang presiden yang mengatakan “Kami telah membangun jalan-jalan di negara kami”, tentu maknanya bukan bererti seorang presiden secara langsung berada di jalan-jalan memegang peralatan membina jalan, tetapi maksudnya adalah pembangunan jalan itu atas perintah sang presiden.

4.        Allah SWT berfirman:

وَ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسانَ وَ نَعْلَمُ ما تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَ نَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَريدِ.

Ertinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (Q.S. Qaf: 16)

Adakah dengan ayat ini kita akan mengatakan bahawa Allah berada dalam salah anggota tubuh kita? Jawabnya tentu tidak. Tiada seorang pun yang beriman dan berakal sihat mengatakan seperti itu. Kerana itu, ayat ini tidak mungkin difahami secara zahir. Para ahli tafsir mentafsirkan firman Allah : “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” dengan para malaikat lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya atau maksud “Kami” tersebut adalah ilmu Kami supaya tidak lazim ittihad dan hulul.[7]

5.        Ketika Nabi Ibrahim a.s. dizalimi kaumnya, beliau berkata sebagaimana yang diabadikan Allah SWT dalam firman-Nya:

إنِّيْ ذاهِبٌ إلى رَبِّيْ سَيَهْدِينِ.

Ertinya: Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Q.S. ash-Shaffat: 99)

Nabi Ibrahim as. tidak hidup di langit dan beliau juga tidak hendak pergi ke langit untuk menjumpai Allah, lalu setelah itu beliau kembali lagi ke muka bumi. Apabila ayat seperti ini harus ditafsirkan secara makna zahirnya sebagaimana dakwaan kaum Mujassimah, maka tentu ayat ini akan bermakna bahwa Nabi Ibrahim a. s. hendak pergi ke langit menghadap tuhannya di sana. Tentu penafsiran seperti ini tidak pernah dikemukakan oleh sesiapa pun dari umat Islam yang sihat akalnya.

Para mufassir menerangkan bahawa kata-kata yang diucapkan Nabi Ibrahim a.s. itu adalah pada saat beliau hendak berhijrah.  Beliau akan pergi menuju tempat yang diperintah Allah untuk berhijrah ke sana. Atau menuju tempat yang beliau dapat beribadah kepada Allah di sana.[8]

6.        Firman Allah Q.S al-Baqarah: 115, berbunyi:
فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ

Ertinya: Kemana saja kamu menghadap, maka di sana zat Allah. (Q.S. al-Baqarah: 115)

Zahir ayat ini menunjukkan bahawa Allah ada di mana kita menghadap. Ertinya apabila yang kita hadap itu rumah, maka di rumah itu ada Allah, apabila yang kita hadap ka’bah, maka di ka’bah itu ada Allah, na’udzubillah ‘an zalik.

Lalu apakah kita harus memahami ayat ini dengan makna zahirnya? Jawabnya, tentu tidak sama sekali dan tidak ada umat Islam yang sihat akalnya yang mentafsirkan demikian.  Imam al-Razi, ahli tafsir dari kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah menjelaskan dalam tafsir beliau, Mafatih al-Ghaib bahwa salah satu kemungkinan makna wajhullah  pada ayat ini adalah bermakna  arah yang dihadap pada waktu solat, yakni qiblat. Diidhafah wahj kepada Allah adalah seperti idhafah bait kepada Allah (baitullah) dan naaqah (unta) kepada Allah (naaqatullah). Idhafah seperti ini, maksudnya adalah idhafaf bil-khlaq wal-ijaad ‘ala sabilil tasyrif (menyandarkan penciptaannya untuk memuliakannya).[9]

7.        Dari Abdullah ibn Umar bahawa Rasulullah SAW bersabda:

إذا كان أحدكم يصلي فلا يبصق قبل وجهه فإن الله قبل وجهه إذا صلى .

Ertinya: Jika seorang dari kamu solat maka janganlah ia meludah di arah wajahnya, sebab sesungguhnya Allah berada di sisi wajahnya jika ia solat. (H.R. Bukhari[10] dan Muslim[11])

Dalam riwayat lain dalam kitab Sahih al-Bukhari berbunyi, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ رَبَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ القِبْلَةِ، فَلاَ يَبْزُقَنَّ أَحَدُكُمْ قِبَلَ قِبْلَتِهِ، وَلَكِنْ عَنْ يَسَارِهِ أَوْ تَحْتَ قَدَمَيْهِ

Ertinya: Sesungguhnya Tuhan seseorang itu di antaranya dan qiblat, maka janganlah meludahi salah seorang kamu pada arah qiblat, tetapi di kiri atau di bawah dua tumitnya. (H.R. Bukhari)[12]

Apakah dengan zahir kedua hadits ini, kita akan mengatakan bahawa Allah berada di antara orang yang solat dan qiblatnya? Tentu hanya orang gila dan bodoh yang berani mengatakan seperti itu. Kerana tidak seorang pun dari orang-orang yang beriman dan berakal sihat yang beri’tiqad seperti itu. Disebabkan itu, para ulama tidak memaknai kedua hadits tersebut dengan makna zahirnya. Dalam menerangkan kedua hadits ini, al-Khuthabi mengatakan menghadap seseorang ke arah qiblat mengisyaratkan qashadnya itu adalah tuhannya, maka seolah-olah tuhannya itu ada di antaranya dan qiblatnya, kerana yang menjadi qashadnya adalah tuhannya.

Tafsir lain mengatakan maksudnya adalah kebesaran tuhan dan pahala-Nya.[13]  Ibnu Hajar al-Asqalani ahli hadis terkenal mengatakan, dalam hadis ini terdapat bantahan atas orang yang menganggap bahwa Allah bersemayam di atas arsy-Nya dengan Zatnya. Hujahnya seandainya hadits ini boleh ditakwil dengan makna yang layak dengan kesucian Allah, tentu kebolehan takwil itu juga dapat berlaku untuk ayat yang zahirnya bermakna Allah bersemayam di atas arasy.[14]

8.        Dari Abu Musa al Asy’ari bahwa Rasulullah SAW bersabda:

الذى تدعونه أقرب إلى أحدكم من عنق راحلة أحدكم.

Ertinya: Tuhan yang kamu seru itu lebih dekat daripada seorang dari kamu kepada leher kenderaannya. (H.R. Muslim)[15]

Hadits ini tentunya bukan bermakna zat Allah berada di suatu tempat yang lebih dekat kepada penunggang unta daripada leher unta. Imam al-Nawawi mengatakan, hadits ini bermakna kiasan (majaz). Tujuan ucapan hadits itu  adalah memastikan Allah mendengar doa hambanya.[16]

9.        Dari Abdullah ibn Abbas dan Abdullah ibn Umar bahwa Rasulullah SAW jika telah menaiki kenderaannya untuk pergi bermusafir beliau berdoa:

اللهم أنت الصاحب في السفر والخليفة في الاهل

Ertinya: Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan khalifah/pengganti yang mengurus keluarga. (H.R. Muslim)[17]

Sesiapa pun jelas mengatakan tidak mungkin maksud hadits ini bahawa Rasullulah SAW berdoa agar Allah menjadi teman dalam perjalanan dengan erti bahawa zat Allah berada di bumi dalam perjalanan bersama beliau dan juga menjadi teman yang berada di sekitar keluarga beliau yang ditinggalkan. Akan tetapi maksudnya hanyalah pertolongan dan rahmat Allah selalu menyertai beliau dalam perjalanan serta keluarga beliau yang ditinggalkan.

Sebenarnya banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an mahupun hadits Nabi SAW yang zahirnya bermakna Allah berada bukan hanya di langit, tetapi juga di bumi, namun para ulama Islam bersepakat memahami nas-nas syara’ tersebut tidak dengan makna zahirnya, tetapi mentakwilkannya sesuai dengan kesucian dan keagungan Allah SWT.

Seandainya kaum Mujassimah tetap berkeras memaknai ayat-ayat yang menyatakan secara zahir bahwa Allah berada di langit dan menolak pentakwilan dengan takwil yang sesuai dengan kemahasucian Allah SWT, maka kita minta mereka bersikap jujur dan objektif memaknai nas-nas syara’ yang kita sebutkan di atas yang menegaskan bahwa Allah tidak di langit.

Bukankah nas-nas syara’ yang kita sebutkan itu secara zahir menentang ayat-ayat yang mereka jadi dalil bahawa Allah berada di langit?  Jika mereka mentakwilkannya dengan takwil tertentu, maka kita katakan, “Apa yang membenarkan mereka mentakwilkan nas-nas yang itu dan menolak takwil pada Q.S. al-Mulk :16-17 ini?”

Tafsir yang Benar Q.S. al-Mulk: 16-17
Setelah kita tetapkan dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah tidaklah mungkin berada di suatu tempat, baik di langit mahupun di bumi ataupun di suatu yang lain yang bernama tempat, maka para ulama berusaha menafsirkan Q.S. al-Mulk: 16-17 sesuai dengan kemahasucian dan keagungan-Nya.

Diantara tafsir ayat di atas adalah bahawa apakah kamu berasa aman terhadap Allah yang kekuasaan-Nya Maha Agung lagi Dahsyat dan itu tidak menunjukkan bahawa Allah berada dan bertempat di langit. Sebab orang-orang Arab jika hendak mengagungkan sesuatu perkara biasa menyifatkannya dengan sesuatu yang tinggi. Kerana itu, kira-kira makna ayat itu adalah : “Apakah kamu berasa aman terhadap Zat Yang Maha Agung dan Maha Kuasa yang dapat menggoncangkan bumi dan mengirimkan badai batu yang dapat membinasakan kamu ?”[18]

Syair-syair klasik orang-orang Arab membuktikan bahawa mereka terbiasa jika hendak mengagungkan sesuatu perkara menyifatkannya dengan sesuatu yang tinggi, seperti bait syair yang digubah pujanggga kenamaan Arab di masa jahiliyah, `Antarah ibn Syaddâ al-Absi:

مقامك في جو السماء مكانه * وباعي قصير عن نوال الكواكب

“Kedudukanmu di awang-awang langit tempatnya * sedangkan lenganku pendek untuk menggapai bintang-bintang.”[19]

Akhthal salah seorang penyair terkenal pada zaman Bani Umayyah juga menggubah bait syair berbunyi:

بنو دارم عند السماء وأنتم * قذى الارض أبعد بينما بين ذلك

”Suku Bani Darim di langit sedangkan kamu* debu bumi, duhai alangkah jauhnya antara keduanya.”[20]

Atau boleh jadi yang dimaksud dengannya adalah para malaikat yang dikirim Allah untuk menurunkan azab-Nya, sebab tempat para malaikat di langit,[21]

ALLAH BUKAN DI LANGIT (BAHAGIAN 1)
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1426954020785480&id=286184454862448

[1] Al-Nawawi, Syarah Muslim, Muassisah Qurthubah, Juz. V, Hal. 34
[2] Al-Nawawi, Syarah Muslim, Muassisah Qurthubah, Juz. V, Hal. 33
[3] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Darul al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. III, Hal. 215
[4] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Darul al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. VIII, Hal. 43
[5] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Darul al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. VII, Hal. 299
[6] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Darul al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. VIII, Hal. 35
[7] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Darul al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. VII, Hal. 371-372
[8] Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Maktabah Syamilah, Juz. XV, Hal. 97
[9] Imam al-Razi, Mafatih al-Ghaib, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 307-308
[10] Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 90, No. hadits: 406
[11] Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 388, No Hadits: 547
[12] Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 90, No. hadits: 405
[13] Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barri, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 508
[14] Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barri, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 508
[15] Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. IV, Hal. 2077, No Hadits: 2704
[16] Al-Nawawi, Syarah Muslim, Muassisah Qurthubah, Juz. XVII, Hal. 43
[17] Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 978, No Hadits: 1342
[18] Lihat Tafsir al-Qurthubi, Maktabah Syamilah, Juz. XVIII, Hal. 216
[19] Al-Khatib al-Tabrizy, Syarah Diwan ’Antarah, Dar al-Kitab al-Arabi, Beirut, Hal. 35
[20] Mahdi Muhammad Nashiruddin, Syarah Dewan al-Akhthal, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Hal. 221
[21] Lihat Khatib Syarbaini, Tafsir Siraj al-Munir, Juz. IV, Hal. 344

Tuan Guru Kiyai Alizar Usman (MA)

Sabtu, 22 Jun 2019

MISTERI DIBALIK NASAB SYEKH AHMAD ATTIJANI YANG BEGITU RINGKAS (SEJUMLAH LAFADZ SHOLAWAT AL FATIH)


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الْرَّحِيْمِ

الحمْدُ للّٰهِ، وصلَّى اللّٰهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحمَّدٍ وعَلَى آلهِ وَصَحبِهِ وَسَلَّمَ تسْلِيْمًا

Postingan Guru kita ( Prof. Dr. Sidi Syarif Er Radhi Ganoun Al Idrisi Al Hasani ).

Sudah dialih bahasakan
Oleh Ustadz Abdul Muiz Abbas Musthofa

Pertanyaan

Salah seorang muhibbin bertanya kepada saya perihal hitungan garis nasab ajdad ( para datuk Sekh ) yang tersambung ke Rasulullah yang terlihat ringkas, disaat nasab beliau dikomparasikan dengan nasab syarif lain yang satu zaman dengan Sekh Ahmad Tijani RA, disama kita temukan nasab para Datuk Sidi Sekh Ahmad lebih ringkas, selisih empat bahkan lima Datuk dari hitungan nasab Syarif lain padahal keduanya sama dari satu cabang ( keturunan )?

Jawaban :

Al-Qodhi Sekh Ahmad Sukayrij Al 'Ayyasi dalam kitab Al muntakhabat ( masih berupa manuskrip ) mengatakan :

Ketahuilah bahwa para datuk Seikhuna Ahmad Tijani Radhiya Allahu Anhu terhitung sebagai orang-orang yang berumur panjang, mayoritas para datuk Sekh Ahmad Tijani Radhiyallahu Anhu berumur seratus tahun lebih, bahkan dari mereka ada yang berumur lebih dari 120 tahun, dan semuanya adalah para wali besar.
para datuk Sekh seluruhnya meninggalkan keturunan ( putra ) tidak kurang dari delapan atau bahkan lebih dari itu, yang secara otomatis salah satu diantara keturunannya ada yang menjadi perwaris sirrnya.
Sekh Ahmad Tijani beliau berasal dari para pewaris sirr tersebut, berpindah-pindah pada setiap masa dari para pewaris sirr yang satu kepada yang pewaris sirr lainnya .

Kebanyakan umur para Datuk Sekh Ahmad Tijani 40 atau bahkan sampai 50 tahun selisihnya dengan keturunannya ( min Al ajdad ila al abaa' : dari kakek ke bapak ), dan ini salah satu SIRRUL KHOTMIYAH yang seyogyanya tidak diungkapkan.
Tapi tidak mengapa untuk memberikan isyaroh bahwa Sayyidina Sekh Ahmad Tijani beliau dianugerahi seorang putra yang bernama Maulana Sayyidina Muhammad Al Kabir, dan saat itu umur beliau sudah sampai 60 tahun, kemudian saat umur beliau 65 tahun baru beliau dikaruniai putra kedua yaitu sayyidina Muhammad Al Habib RadhiyaAllah Anhu.

Oleh sebab itu garis nasab Sayyidina Sekh  Ahmad Tijani terhitung lebih ringkas dari nasab para syurafa' yang lain yang satu garis dengan beliau ( sama sama dzuriyah nabawiya hyang nasabnya bersambung ke Sayyidina Muhammad An nafs Az Zakiyah ) selisih 4  bahkan sampai 5 Datuk.
( Redaksi Kalam Sekh Ahmad Syukairij Al Ayyasi ).

Kemudian Sekh Ahamad Sukayrij Al 'Ayyasi menyatakan di halaman yang lain ( dalam kitab yang sama ) :

" Jumlah para datuk Sekh Ahmad Tijani yang ringkas di qiyaskan dengan keringkasan jumlah datuk Rasulullah yang bersambung sampai Ma'ad bin 'Adnan. Banyak dari kalangan Para sahabat keturunan Quraiys yaitu putra putri dari jalur paman nabi ( saudara/i dari ayah ) jarak dari mereka ke Sayyidina 'Adnan sekitar 24 atau 25  nasab, sedangkan Jarak Kanjeng Rasulullah hingga sampai Sayyidina 'Adnan hanya 20 nasab saja.

Saya closing tulisan ini dengan pernyataan guru saya Sekh  Al allamah Sidi Muhamad Al Hajuji Radhiya Allahu 'anhu yang tertulis dalam sebuah surat yang beliau kirimkan ke salah satu murid beliau yaitu  pemimpin kota Danmat  dan sekitarnya yaitu yang mulia Sidi Umar Bin Al-Madani Al Mawazari Al-Aklawi beliau berkata:

" Adapun pertanyaan anda terkait para datuk Sekh Ahmad Tijani Radhiyallah 'anhum mereka bagai Mentari diatas pegunungan ( kinayah ke-masyhuran ) pembasahan perihal para datuk  Sekh sudah saya tulis di dalam kitab Al-ithaf [1] pada juz pertama : mereka para datuk Sekh secara tasalsul [2] ( urutannya ) sampai Kanjeng Rasulullah bagaikan berlian mulia ( _Al JAWAHIR KARIMAH ) jumlah hitungannya persis dengan jumlah redaksi lafadz sholawat Al Fatih Lima ughliqo [3], cukuplah hal ini menjadi satu keistimewaan yang luar biasa ( maziyah ).

____________________

1-Maksudnya adalah kitab:

كتاب إتحاف المراتب العرفانية بذكر تراجم بعض رجال الطريقة التجانية للشيخ الحجوجي

2- nasab Sekh Ahmad Tijani berjumlah (24):

هو القطب المكتوم الشيخ أحمد التجاني
ابن محمد رضي لله عنه (1)

ابن المختار رضي لله عنه (2)

ابن احمد رضي لله عنه ( 3)

ابن محمد رضي لله عنه (4)

ابن سالم رضي لله عنه ( 5)

ابن ابي العيد رضي لله عنه ( 6)

ابن سالم رضي لله عنه ( 7)

ابن أحمد العلواني رضي لله عنه ( 8 )

ابن احمد رضي لله عنه (9)

ابن علي رضي لله عنه ( 10 )

ابن عبد لله رضي لله عنه (11)

ابن العباس رضي لله عنه ( 12)

ابن عبد الجبار رضي لله عنه ( 13 )

ابن إدريس رضي لله عنه ( 14 )

ابن إدريس رضي لله عنه ( 15)

ابن إسحاق رضي لله عنه (16)

ابن زين العابدين رضي لله عنه (17)

ابن احمد رضي لله عنه (18)

ابن محمد النفس الزكية رضي لله عنه (19)

ابن عبد لله رضي لله عنه(20)

ابن الحسن المثنى رضي لله عنه (21)

ابن الحسن السبط رضي لله عنه(22)

ابن علي بن ابي طالب كرم لله وجھه

و السيدة فاطمة رضي لله عنھا سيدة نساء أھل الجنة  ( 23)

و بنت سيد الخلق محمد صلى لله عليه و سلم. ( 24 )

3. Lafadz sholawat Al Fatih ( 24 lafadz )

صلاة الفاتح: الياقوتة الفريدة

اللَّهُمَّ (١)

صَل(٢)

ِّ عَلى (٣)

سَيِّدِنَا (٤)

مُحَمَّدٍ(٥)

الفاتِح(٦)

ِ لِمَا (٧)

أُغْلِقَ(٨)

و الخاتِم(٩)

ِ لِمَا(١٠)

سَبَق(١١)

َ نَاصِر(١٢)

ِ الحَق(١٣)

ِّ بَالحَقَّ(١٤)

و الهَادِي(١٥)

إلى (١٦)

صِرَاطِك(١٧)

َ المُسْتَقِيمِ (١٨)

و عَلَى(١٩)

آلِهِ(٢٠)

حَق(٢١)

َّ قَدْرِهِ(٢٢)

و مِقْدَارِهِ(٢٣)

العَظِيمِ(٢٤). 

Copas : Ma'had Abul Faydh, Ustadz Abdul Muiz Abbas Musthofa Lumajang.

# Repost edition

Rabu, 19 Jun 2019

KETIKA PINTU DZIKIR TERTUTUP, PINTU SHOLAWAT SLALU TERBUKA SAMPAI KIAMAT

Al ‘Allamah Assyekh Sidi Ahmad Sukairij At Tijany rodliyallahu 'anhu menyebutkan dalam kitabnya "NAILUL AMANI" :

Dikatakan : Sir ada dalam dzikir. Ini adalah madzhabnya kaum 'arifin yang ahli asror. Sehingga Sidi Assyekh Ahmad Zarruq berkata :

والله ما وجدنا الأسرار إلا في الأذكار

Demi Allah kami tidak menemukan asror kecuali dalam dzikir.

Sebagian kaum arifin yang telah mencapai derajat kamilin menyebutkan bahwa pintu-pintu asma Allah yang khos telah tertutup, maka tidak seorangpun yang bisa menjadikan asma Allah tersebut sebagai wasilah untuk memenuhi hajatnya sama sekali kecuali dua pintu yang belum tertutup.

Pertama adalah : pintu ALLATHIF (berdzikir dengan asma Allah ALLATHIF).

Kedua adalah : pintu SHOLAWAT ATAS NABI SAW. Pintu ini alhamdulillah masih terbuka sampai hari kiamat.

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ۞ ﺍﻟﻔَﺎﺗِﺢِ ﻟِﻤَﺎ ﺃُﻏْﻠِﻖَ ۞ ﻭَﺍﻟﺨَﺎﺗِﻢِ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ ۞ ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟﺤَﻖِّ ﺑِﺎﻟﺤَﻖِّ ۞ ﻭَﺍﻟﻬَﺎﺩِﻱ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻃِﻚَ ﺍﻟﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢِ ۞ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭِﻩِ ﻭَﻣِﻘْﺪَﺍﺭِﻩِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴﻢِ ۩

Oleh karena itulah asas thoriqoh Sayyiduna Assyekh Ahmad At Tijany  rodliyallahu 'anhu adalah memperbanyak sholawat dan menggunakannya untuk meraih segala hajat...

*الله يقبل علينا وعليكم بمحض فضله ورضاه*

Selasa, 18 Jun 2019

Dasar Hukum Aurad Thariqah At Tijany

Adapun dasar hukum pada kesemua komponen diatas ( istighfar, shalawat, hailalah ), baik di Al Qur’an dan sunnah (Al Hadist Shohih) tidak diragukan lagi keabsahannya.

1) Istighfar

Firman Allah Swt.

وما كا ن الله معذبهم وهم يستغفرون.(الانفا ل : 33)

“ Dan Allah tidak akan menyiksa suatu kaum sedangkan mereka ber istigfar (memohon ampun)”. (QS. Al Anfaal : 33)

استغفروا ربكم انه كا ن غفا را – (نوح : 29)

“ Mohonlah ampun (beristigfar) kepada tuhan kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun “. (QS. Nuh : 29)

Al Hadits

قا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم : من لزم الاستغفا ر جعل الله تعالى له من كل ضيق مخرجا

ومن كل هم فرجا ورزقه من حيث لا يحتسب.( رواه ابو داود )

“Barangsiapa melazimkan istigfar (baca dengan Istiqomah) maka AllahSwt. Memberi jalan keluar atas kesulitannya dan kegembiraan atas semua kesusahannya serta memberinya rizki tanpa perhitungan / dari jalan diluar dugaannya”. (HR. Abu Daud)

والذى نفسى بيد ه لولم تذنبوا لذ هب الله تعالى بكمولجا ء بقوم يذ نبون فيستغفرون الله تعالى فيغفر لهم

( رواه مسلم )

“Dan demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah membinasakan kamu semua, dan kemudian Allah mendatangkan (menciptakan) satu kaum yang berbuat dosa kemudian mereka mohon ampunan, lalu Allah mengampuni mereka”. (HR. Muslim)Sholawat

Firman Allah

قا ل الله تعالى : ان الله وملا ئكته يصلون على النبىيا ايها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

( الاحزاب : 56)

“Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bersolawat atas Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzaab : 56).

Dari ayat diatas yang perlu kita cermati yaitu perintah Allah yang didahului dengan pemberitahuan bahwa Dia (Allah Swt.) sendiri dan para malaikatNya bershalawat pada Nabi, baru kemudian dia memberikan himbauan / perintah untuk bershalawat kepada Rasulullah Saw. Oleh karena itu bisa kita bayangkan betapa besar arti dan nilai shalawat bagi Allah Swt. Adapun hadits Nabi yang menjelaskan keutamaan shalawat sangatlah banyak, diantaranya :

وعن عبد الله بن عمرو بن العا ص رضي الله عنهما أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: “من صلى علي صلاة ، صلى الله عليه بها عشرا” ( رواه مسلم )

Diriwayatkan oleh Abdillah bin ‘Amru bin Al ’Ash Radiyallaahu ‘anhuma, sesungguhnya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: ”Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah membalas kepadanya dengan sepuluh shalawat”*/ (HR. Muslim) */(Shalawat Allah adalah dengan menurunkan rahmat).

وعن ابن مسعود رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قا ل : “أولى النا س بي يوم القيا مة أكثرهم علي الصلاة ” ( رواه الترمذ ي – وقا ل حديث حسن )

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang paling mulya disisiku pada hari qiyamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku”. (HR. Al Turmidzi – Hadits hasan).

وعن أوس بن أوس رضي الله عنه قا ل : قا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” ان من أفضل ايا مكم يوم الجمعة ، فأكثروا علي من الصلاة فيه ، فا ن صلاتكم معروضة علي” فقالوا : يا رسول الله ، وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد ارمت؟…. قا ل: يقول : بليت ، قا ل : “ان الله حرم على الارض أجسا د الانبياء “( رواه ابو د اود با سنا د صحيح)

Diriwayatkan oleh Aus bin Aus RA : Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya hari yang paling utama bagimu adalah hari Jum’at. Maka perbanyaklah membaca shalawat untukku didalamnya. Sesungguhnya shalawat kalian disampaikan kepadaku”. Para sahabat bertanya : Ya Rasulallah, Bagaimanakah shalawat kami disampaikan kepada Tuan, padahal Tuan sudah berkalang tanah?… Rasulullah SAW menjawab: “Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan bagi tanah untuk makan jasad para Nabi”.

( HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih ).

وعن ابي هريرة رضي الله عنه قا ل : قا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم :” رغم انف رجل ذكرت عند ه فلم يصل علي ” ( روا ه الترمذ ي )

Diriwayatkan oleh Ibu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh hina bagi seorang laki laki yang mana ketika disebut namaku disisinya, dia tidak bershalawat kepadaku”. ( HR. Al Turmudzi )

وعن ابي هريرة رضي الله عنه قا ل : قا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم : “ما من احد يسلم علي الا رد الله علي روحي حتى أرد عليه السلام ، ( رواه ابو د اود با سنا د صحيح)

Diriwayatkan oleh Ibu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda: “Tak seorangpun yang bershalawat kepadaku, kecuali Allah mengembalikan ruhku kepadaku, sehingga aku menjawab salamnya”. (maksudnya : Allah mengembalikan ruh Rasulullah kedalam jasadnya sehingga dia bisa menjawab setiap shalawat dan salam dari ummatnya. Akan tetapi karena Beliau ada di Alam Barzah maka tidak semua orang bisa melihat dan mendengarnya).

وعن فضا لة بن عبيد رضي الله عنه قا ل سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يد عو فى صلاته لم يمجد الله تعالى ولم يصل على النبي صلى الله عليه وسلم : فقا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” عجل هذ ا ” ثم دعا ه فقا ل له – أو لغيره-: اذا صلى ا حد كم فليبد اء بتحميد ربه سبحا نه والثناء عليه ، ثم يصلى على النبي صلى الله عليه وسلم ، ثم يدعو بعد بما شا ء ”

( رواه أبو داود والترمذ ي – وقا ل حد يث حسن صحيح )

Diriwayatkan oleh Fudhalah bin ‘Ubaid RA berkata: “Rasulullah mendengar seorang laki laki yang berdoa dalam shalatnya, dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi SAW. lalu beliau bersabda: ‘orang ini tergesa gesa’, kemudian beliau memanggilnya dan beliau bersabda kepada dia dan orang lainnya : ‘Bila seorang diantaramu berdoa, maka hendaklah dimulai dengan memuji Allah, Tuhannya. Kemudian bershalawat kepada Nabi SAW, lalu berdoalah sekehendaknya’.” (HR. Abu Daud dan Al Turmudzi – Dia mengatakan bahwa Hadits ini Hasan shahiih).

Dengan menelaah ayat Al Qur an dan hadits hadits tersebut diatas serta hadits hadits lain dari berbagai sumber, dalam kitab Syaraful Ummati Muhammadiyah karangan Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki menjelaskan bahwa faedah sholawat itu sangat besar dan banyak, ada 39 keutamaan yang dia sebutkan dalam kitab tersebut, diantaranya :

Melaksanakan perintah Allah Swt.

Meniru Allah Swt. dalam shalawat pada Rasulullah Saw. perbedaannya shalawat kita adalah do’a dan permohonan, sedangkan shalawat Allah Swt. adalah pujian dan kemulyaan atas Rasulullah Swt.

Meniru pekerjaan para Malaikat.

Mendapat imbalan 10 shalawat dari Allah untuk satu kali shalawat atas Rasulullah Saw.

Mendapat Tambahan 10 derajat disisi Allah Swt.

Ditulis bagi orang yang bersholawat 10 kebaikan.

Dihapus darinya 10 keburukan / dosa.

Penyebab terkabulnya do’a, karena do’a yang didalamnya tidak ada sholawat maka do’anya akan terkatung-katung antara langit dan bumi. Artinya doa tersebut tidak disampaikan kehadirat Allah SWT.

Sarana untuk mendapatkan syafaat Rasulullah Saw.

Penyebab diampuninya dosa.

Penyebab tercapainya cita-cita.

Penyebab dekatnya seseorang dengan Rasulullah Saw. di hari kiamat.

Penyebab tercapainya hajad.

Penyebab tercurahnya sholawat dari Allah Swt. dan para malaikat atas seorang hamba.

Penyebab sampainya berita gembira masuk surga bagi seorang hamba sebelum mati, dan masih banyak lagi keutamaan bershalawat pada Nabi SAW yang tidak disebutkan dalam buku singkat ini.

Keutamaan shalawat tersebut diatas adalah keutamaan shalawat secara umum, sedangkan shalawat Al Faatih mempunyai keistimewaan tersendiri. Adapun keutaman Shalawat Al Fatihi Limaa Ughlig ada dua yaitu:

Ketutamaan yang dirahasiakan.

Keutamaan yang bisa dijelaskan, antara lain :

Membaca 1x dalam sehari dijamin dengan mendapat kebahagiaan dunia akhirat.

Membaca 1x dapat menghapus semua dosa dan mempunyai pahala semua tasbih, dzikir dan do’a yang diucapkan oleh semua orang tua dan muda yang terjadi pada waktu dibaca Al Fatih dan dilipat gandakan sebanyak 600.000 kali.

10x sholawat Al Fatih pahalanya menyamai pahala ibadahnya wali ‘Ash sejuta tahun.

1x sholawat Al Fatih lebih utama dari 600.000x sholawatnya para Malaikat, manusia dan jin, dihitung sejak dari baru pertamakali diciptakan sampai pada waktu dibacakannya sholawat Al Fatih.

Pembacaan ke2 ke3 danseterusnya mendapat kembali pahala yang pertama dan seterusnya. Jelasnya bacaan ke2 mendapat tambahan pahala bacaan ke1. Bacaan ke3 mendapat tambahan pahala bacaan ke 1 dan ke2, demikian pula bacaan ke 4 ke 5 dan seterusnya.

Jika ingin bermimpi jumpa Rasulullah Saw. bacalah sholawat Al Fatih 1000x tiga malam berturut-turut ( malam Rabu, Kamis dan jum’at) dengan badan pakaian serta tempat tidur yang suci. Dan masih banyak lagi keutamaan Al Fatih yang tidak ditulis dalam buku ini.

Hailalah

Firman Allah Swt

قا ل الله تعالى : فاعلم انه لااله الا الله. (محمد: 19)

“ Maka ketahuilah sesungguhnya tiada tuhan selain Allah”. (QS. Muhammad : 19)

قا ل صلى الله عليه وسلم : افضل ما قلته والنبيون من قبلى

لااله الا الله. ( رواه مالك بن أنس )

“Ucapan paling utama yang Aku ucapkan dan para nabi sebelumku adalah “Laa ilaaha illallah”. (HR. Malik bin Anas)

عن جابر بن عبد الله يقول ، سمعت رسول الله صلى الله عليه

وسلم يقول: أفضل الذكر لآاله الاالله . ( رواه الترمذ ي )

“Dari Jabir bin Abdullah berkata; Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Dzikir paling utama adalah ‘Laa ilaaha illallah’. (HR. Turmudzi)

عن أم هانيء قالت ، قا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم :

لآاله الا الله لايسبقها عمل ولا تترك ذنبا . ( رواه ابن ما جه )

“Dari Ummu Hani’ berkata, Bersabda Rasulullah SAW : ‘Laailaaha illallah’ tidak ada satu amalpun yang melebihi (keutamaannya), dan tidak menyisakan satu dosapun”. (HR. Ibnu Maajah).

جد د وا ايمانكم ، قيل وكيف نجد د ايماننا يا رسول الله ؟ قا ل :

أكثروا من قول لآاله الا الله .( رواه احمد و الحكيم )

“Perbaharuilah iman kalian!, lalu Rasulullah SAW ditanya; Bagaimana cara kami memperbaharui iman kami ya Rasulullah? .. ‘Perbanyaklah mengucapkan Laailaaha illallah”. (HR. Imam Ahmad dan Imam Al Hakim).

قا ل صلى الله عليه وسلم : ما قا ل عبد لااله الا الله مخلصا منقلبه الا فتحت له ابواب السماء حتى يفضى الى العرش مااجتنبت الكبائر . ( رواه الترمذ ي والنسا ئى )

“Tidaklah seorang hamba yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya, kecuali dibuka baginya pintu-pintu langit sampai Arasy. Selama ia menjauhi dosa dosa besar”. (HR. Turmudzi dan Nasai)

قا ل صلى الله عليه وسلم : من قا ل عبد لا اله الا الله ومد ها هد مت له اربعة الاف ذنب من الكبائر. ( رواه الد يلمي )

“Barang siapa mengucapkan “Laa ilaaha illallah” dengan madnya (dipanjangkan) digusur darinya 4000 dosa besar “. (HR. Al Dailamy)

قا ل صلىالله عليه وسلم : يقول الله تعالى : لا اله الا الله حصنىفمن د خل حصنى أمن من عذابى. ( الحديث القد سى، رماح : 2/92)

“Rasulullah SAW bersabda; Allah berfirman : Laa ilaaha illallah itu bentengku, barang siapa masuk kedalamnya aman dari azabku”. ( Hadits Qudsi – Rimah 2/92)

PANDANGLAH DGN MATA HATI

1. Bila Talqin dikatakan BIDAAH
Amalan itu ditinggalkan...
Talqin tidak bergema lagi!

2. Bila Tahlil Arwah dikatakan BIDAAH
Amalan itu ditinggalkan...
Tahlil tidak bergema lagi!

3. Bila Qunut dikatakan BIDAAH
Amalan itu ditinggalkan...
Qunut tidak bergema lagi!

4. Bila membaca Yasin setiap malam jumaat dikatakan BIDAAH
Amalan itu ditinggalkan...
Yasin tidak bergema lagi!

4. Bila membaca Al Quran tanpa memahami maksud dikatakan sia-sia!
Amalan itu ditinggalkan...
Al Quran tidak bergema lagi!

5. Bila zikir beramai- ramai dikatakan SESAT
Amalan itu ditinggalkan..
Zikir tidak bergema lagi!

TIDAKKAH KAU NAMPAK?

Tiada lagi gema2 Talqin, Tahlil, Qunut, Yasin,  Alunan Al Quran bersilih ganti dengan zikir di malam hari. Bumi semakin sepi dari gema2 memuji Allah. 

Hanya ada satu makhluk sahaja yang memohon kepada Allah untuk SESATKAN umat manusia. Betapa bijaksananya dia menjauhkan umat manusia dari Allah.

"Dia (iblis) berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku SESATKAN keturunannya, kecuali sebahagian kecil". [QS. Al-Isra ayat 62]

Menghadap telefon  dari pagi hingga malam tidak pun kita katakan SESAT
Sebaliknya sebarang usaha ke jalan Allah sentiasa ada perkataan SESAT.

SIAPA SEBENARNYA YANG MENYESATKAN DAN DISESATKAN?

HANYA IBLIS SAHAJA YANG SENTIASA CUBA MENYESATKAN MANUSIA!

Akhirnya Iblis tertawa berdekah-dekah..kerana berjaya menyesatkan manusia.

BUMI SEMAKIN  SEPI DARI GEMA-GEMA MEMUJI ALLAH!

ALLAHU AKHBAR!

MAKNA_SHALAWAT_AL_FATIH_LIMA_UGHLIQO

#MAKNA_SHALAWAT_AL_FATIH_LIMA_UGHLIQO

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيمِ

وسألته رضي الله عنه عن معنى صلاة الفاتح لما اغلق ... الخ ،

فأجاب رضي الله عنه قال : " معناه الفاتح لما أغلق : مِن صُوَرِ الأكوان فإنّها كانت مُغلقة في حجاب البطون وصُوَرِة العدَم وفُتِحَتْ مغاليقها بسبب وجوده صلّى الله عليه وسلّم وخرجتْ من صُوَرة العدَم إلى صُوَرِة الوجود ، ومِن حجابية البطون إلى نفسها في عالم الظهور ، إذ لولاه ما خلق الله موجودًا ولا أخرجه من العدم إلى الوجود ، فهذا أحد معانيه.

والثاني : أنّهُ فَتَحَ مغاليق أبواب الرحمة الإلهية وبسببه انفتحتْ على الخلق ولولا أنّ الله تعالى خَلَقَ سيّدنا محمّد صلّى الله عليه وسلّم ما رحم مخلوقًا ، فالرّحمة من الله تعالى لِخلْقِه بسبب نبيّه صلّى الله عليه وسلّم .

والثالث مِن معانيه : هي القلوب أُغلِقتْ على الشرك مملوءة به ولم يجِد الإيمان مدخلا لها ففُتِحَتْ بدعوته صلّى الله عليه وسلّم حتّى دخلها الإيمان وطهّرها من الشرك وامتلأت بالإيمان

والحكمة . قوله : والخاتم لما سبق : مِنَ النبوّة والرسالة لأنّهُ خَتَمَهَا وأغلقَ بابَها صلّى الله عليه وسلّم فلا مطمع فيها لغيره . وكذلك الخاتم لما سبق مِن صُوَرِ التجلّيات الإلهية التي تجلّى الحقّ سبحانه وتعالى بصُوَرِهَا في عالم الظهور لأنّهُ صلّى الله عليه وسلّم أوّل موجود أوْجَدَهُ الله في العالم مِن حجاب البطون وصورة العماء الرّباني ثمّ ما زال يبسط صُوَرَ العلم بعدها في ظهور أجناسها بالترتيب القائم على المشيئة الرّبّانية جنسًا بعد جنس إلى أنْ كان آخر ما تجلّى به عالم الظهور الصورة الآدمية على صورته صلّى الله عليه وسلّم ، وهو المراد في الصورة الآدمية ، فَكَمَا افتتح به ظهور الوجود كذلك أغلق ظهور صُوَرِ الموجودات صلّى الله عليه وسلّم وعلى آله " .

Sayyidi Ali Harozim ibnu Al Arobi Barodah Ra Bertanya kepada Sayyidina Syaikh Al Quthbu Al Maktum Ahmad At Tijani Ra tentang Makna Shalawat Al fatih lima ughliqo ..

Beliau Menjawab;  

Al fatih lima Ughliqo ialah Yang membuka semua Alam yang terkunci.

Sesungguh nya Alam itu terkunci dalam tutup ketidak adaan dan tidak terlihat, kemudian di buka kunci kunci nya dengan Wujud Nabi Muhammad SAW dan di keluarkan dari Tiada menjadi Wujud, dan dari tutup ketiada,an terlihat menjadi Nampak,  karena bila tiada Nabi Muhammad SAW ,  Allah tidak akan menciptakan Perkara yang Wujud

Firman Allah SWT  ;

لو لاك لو لاك لما خلقت الأفلاك

Bila tidak ada engkau Muhammad, aku tidak menciptakan Alam semesta.

Ini lah salah satu Magna Shalawat Al fatih.

Ma'na ke dua; 

Nabi Muhammad SAW Adalah yang membuka kunci kunci pintu Rahmat ilahiyyah

Dengan sebab Nabi Muhammad SAW lah semua pintu Rahmat ilahiyyah menjadi terbuka, karena bila Allah SWT tidak menciptkan Nabi Muhammad SAW  niscaya Allah SWT tidak memberi Rahmat kepada Makhluk, Rahmat Allah SWT kepada makhluk NYA adalah dengan sebab Nabi Nya Muhammad SAW

Ma'na ketiga;  

Semua hati terkunci dalam kemusrikan yang memenuhi nya.

Iman Tidak ada tempat masuk di dalam nya, kemudian hati di buka dengan Dakwah Nabi Muhammad SAW sehingga iman masuk ke dalam nya, membersih kan nya dari ke musrikan ter sebut, dan mememenuhi nya dengan iman dan Hikmah.

Ma'na Al Khotimi Lima Sabaqo ialah; 

Menutup Nabi Nabi Dan Rasul Rasul Terdahulu, karena Nabi Muhammad SAW telah menutup dan mengunci pintu ke Nabian dan Ke Rasulan

Oleh karena nya setelah Nabi Muhammad SAW tidak ada lagi Nabi dan Rasul.

Demikian Pula Al Khotimi lima Sabaqo bermakna pula; 

Menutup Tajally ilahiyah yang terdahulu, yang Allah SWT  menampakan nya pada Alam nyata.

Nabi Muhammad SAW adalah pertama kali perkara  Wujud pada Alam yang Allah SWT mewujud kan nya dari tidak ada,  kemudian setelah nya Allah SWT tiada henti meng hamparkan segala rupa Alam pada nampak  kelihatan jenis nya masing masing dengan susunan yang sesuai kehendak Ke Tuhanan hingga akhir Tajally Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW . Pada alam tersebut dalam rupa tidak ada.

Sebagaimana Allah SWT membuka nampak nya perkara Wujud dengan sebab Nabi Muhammad SAW,  Demikian pula Allah SWT mengunci nampak nya perkara wujud ter sebut dengan Nabi Muhammad SAW.

(JAWAHIRUL MAANI)

KENAPA KITA BERSHOLAWAT

Tidak putus rahmat Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ, sekalipun kita tidak bersholawat minta tambahkan rahmat kepadanya, tetap Allah akan senantiasa merahmati kekasihnya,

Lalu kenapa kita bersholawat, sedangkan Nabi Muhammad senantiasa mendapat sholawat dari Allah SWT

Maka jawabannya adalah sholawat serta salam itu akan kembali kepada diri kita sebagai rahmat dan keselamatan yang membacakan sholawat atas Rasulullah ﷺ,

Kalau sudah yakin ia akan yang demikian itu, insyaAllah kita akan mantap dalam membaca sholawat,

Dan sesungguhnya sholawat itu ialah membersihi akan ia akan segala amal kita,

Sholat kita, sedekah kita, ilmu yang kita tuntut menjadi bersih sebab kita bersholawat kepada Rasulullah ﷺ,

Sebab lainnya lagi dengan sholawat itu ialah mengabulakan ia akan doa yang kita panjatkan karena termuat didalamnya sholawat kepada kekasih Allah diawal dan diakhir doa,

Dan hakikatnya, sebab kita bersholawat akan kekasih Allah itu ialah bentuk bakti kita kepadanya,

kalau bakti kepada orang tua dengan
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَ يَّ
Maka bakti kepada Rasulullah ialah dengan ٍ
*أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَلْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَٱلْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ نَاصِرِ ٱلْحَقِّ بِالْحَقِّ وَٱلْهَادِي إِلَىٰ صِرَاطِكَ ٱلْمُسْتَقِيمِ وَعَلَىٰٓ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ ٱلْعَظِيمِ.*
Oleh karena itu hendaklah kita jangan sampai lepas dari pada sholawat,Alhamdulillah para ikhwan dan akhawat kita sebagai pengamal thariqat Tijani tidak pernah meninggalkan membaca sholawat setiap hari SEMOGA ISTIQAMAH👍👍👍

آمين يارب العالمين