Isnin, 8 Januari 2018

KALAM SAYYIDUL ANBIYA WA SAYYIDUL AWLIYA

KALAM SAYYIDUL ANBIYA WA SAYYIDUL AWLIYA
Sayyidul Awliya'. Assyekh Al Akbar AlGhousil A'dzom Al Quthbil Maktum Alhabib Was Syarif Assayid AHMAD BIN MUHAMMAD ATIJANI AL-HASANI RA berkata :

Syukur adalah pintu terbesar Allah dan jalan-Nya yang terlurus. Karena itu, setan selalu duduk di jalurnya, merintangi orang-orang mukmin melewatinya.

Pintu paling dekat menuju kepada Allah adalah pintu syukur. Siapa pada masa ini tidak masuk melalui pintu syukur, dia tidak akan dapat masuk. Karena jiwa manusia saat ini telah mengeras.

Jika kalian mendengar sesuatu dariku, maka pertimbangkan dengan neraca syara. Sesuatu yang sesuai syara, kerjakanlah dan sesuatu yang menyimpang, tinggalkanlah !( Al- Inshof : 1).
Kebaikan seluruhnya ada dalam mengikuti sunah dan kejelekan seluruhnya ada dalam menyalahinya.
Hendaklah kalian takut dari maksiat-maksiat kepada Allah dan siksa-Nya. Siapa yang telah melakukannya dari kalian ( dengan ketetapan Allah juga ) dan seorang hamba memang tidak mashum, maka jangan mendekat kepada Allah. Kecuali dengan hati yang menangis dan takut akan siksa Allah. ( Mizabur arorahman , hal : 29 ).
Syeikh Ahmad bin Muhammad at-Tijani sendiri tidak pernah menyatakan bahwa Shalawat Fatih lebih utama dari al-Quran. Beliau hanya menyampaikan bahwa pahala Shalawat Fatih sekali sebanding dengan 6.000 khataman al-Quran. Perkataan sebanding tidak berarti melebihi atau lebih utama. Karena Beliau menggunakan kata (تعدل), bukan kata (افصل).
“Sesungguhnya siksanya ( pengakuan ) adalah mati secara su’ul khotimah.” (Mizabur ar-Rahmah, hal : 10).

Dan kami hanya punya satu pedoman /aqidah sebagai dasar dari semua usul. Bahwasanya tak ada hukum kecuali kepunyaan Allah SWT. Dan Rasulnya SAW. Bahwasanya tidak ada ibarat dalam hukum kecuali firman Allah SWT dan sabda Rasulullah Saw. Bahwasanya semua pendapat para Ulama itu batal ( ditolak ) kecuali berlandaskan Al Quran dan Al Hadist. Semua perkataan orang-orang yang berilmu yang tidak ada landasannya dalam Al-Quran dan Al Hadist maka ia batal, dan tiap-tiap pendapat orang yang berilmu yang sholih, maka haram difatwakan ,oleh karena itu kami berpesan.

Rasulullah Saw, memberi jaminan kepada Syeh Ahmad At Tijany Ra dengan sabdanya : Engkau ya Ahmad adalah pintu keselamatan bagi orang-orang berdosa yang ingin kembali ke jalan Allah dengan mengikutimu.

Adapun adab Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani ra. lahir dan batinnya ada dalam syariat Muhammadiyah dan bersama Alloh SWT. (Mizabur Ar-Rahmah: 10)
Berkata kepadaku Rasullullah SAW : Ya Ahmad, sesungguhnya barang siapa mencelamu dan tidak bertaubat, tidak akan mati kecuali dalam kekafiran, walau haji dan berjihad. Saya berkata : Ya Rasulullah, sesungguhnya Al Arif billah Sayyidi Abdurrahman As Syami mengatakan bahwa sesungguhnya orang yang haji tidak akan mati suul khotimah, berkata : kepadaku Sayyidul Wujud Rasulullah SAW : ya Ahmad , barang siapa mencelamu dan tidak bertaubat maka ia akan mati kafir walaupun haji dan berjihad. Ya Ahmad barang siapa yang berusaha mencelakakanmu akulah yang marah padanya dan tidak akan dicatat sholatnya serta tidak akan membawa manfaat baginya.( Al Faidlul rabbani : 2 ).
Barang siapa mendengar sesuatu dariku, cocokkanlah dengan timbangan Syari ( Al-Quran dan Al Sunnah ), jika cocok ambillah dan jika tidak buanglah.
Bahwa Sayyidi Syeh Ahmad At Tijany RA tidak melarang ziarah secara umum, karena beliau tidak pernah melarang siapapun dari pengikut Thariqohnya menuntut ilmu kepada semua Wali atau Ulama, tidak melarang menghadiri majlis (talim) mereka, tidak melarang mendengarkan wejangan wejangan dan perkataan mereka dan tidak melarang mengadakan hubungan / ziarah karena Allah SWT. Dan silaturahmi. Rimah : 1 / 145.
Hendaklah kalian takut dari maksiat-maksiat kepada Allah dan siksa-Nya . siapa yang telah melakukannya dari kalian ( dengan ketetapan Allah juga ) dan seorang hamba memang tidak mashum, maka jangan mendekat kepada Allah. Kecuali dengan hati yang menangis dan takut akan siksa Allah. ( Mizabur arorahman,   hal : 29 ).

Diakhir zaman (nanti) semua tarekat menjadi satu tarekat, dan tiap-tiap pengikut tarekat itu masuk ke tarekat kita (Tijaniah) hingga Imam Mahdy.

Pengikut tarekat kita (tarekat Al Muhammady Attijani melimpahi kepada semua pengikut, tetapi tidak (sebaliknya) menerima limpahan.

Barang siapa yang melihat aku pada hari Senin dan pada hari Jumat ia masuk sorga tanpa hisab dan tanpa diazab. (Maksudnya melihat dengan Mahabbah dan Taalluq hati) .

Bahwasanya Nuraniah Nabi SAW (khususnya) pada hari Senin dan pada hari Jumat tidak memisahiku, maksudnya bahwasanya Nuraniah Nabi SAW  TAJALLY (nampak) pada diri Syekh Ahmad Attijani. Maka setiap orang yang melihat / memandang padanya, maka dia telah memandang pada KHATMUL WILAYAH AL MUHAMMADIAH (yang pada hakikatnya) dia memandang kepada Nuraniah Nabi yang nampak pada Syekh Tijani.

Pada umumnya orang-orang yang melakukan ziarah kepada wali-wali Allah, mempunyai tujuan yang rusak (agrad fasidat), sebab mereka hanya mengharapkan bantuan untuk tujuan kesenangan duniawi, minta keselamatan duniawi, padahal mereka tetap dalam kehidupan bergelimang dengan dosa. (Ali Harazim : 136-137 ).

Mahabbah adalah penyesuaian sifat-sifat dan akhlak-akhlak Ilahiyah kedalam diri yang mencintainya. ( Ali Harazim : 159 ).

Seseorang yang selalu mengingat tuhannya, sampai pada tingkat Tuhan menghilangkan tabir yang menghalangi dan menutupinya. (Sayyid Ubaidah : 200).

Kecintaan Tuhan terkandung dalam rahmatnya yang dilimpahkan kepada umat manusia. Dengan kata lain cinta Tuhan kepada manusia terkadang dalam kemurahannya kepada manusia, yakni, dengan memalingkan manusia dari berbagai pemikiran tentang segala sesuatu yang lain kecuali Tuhan, melimpahkan manusia dengan maqam yang tinggi melalui Tajallinya. (Ali Harazim : 205).

Menurut Syeikh Ahmad at  Tijani RA, Marifah, memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga para sufi yang menerimanya walaupun ia sudah mempersiapkan diri dengan berkonteflasi melalui tahapan maqamat yang cukup panjang, ketika mencapai marifah, akan menyebabkan kehilangan kesadaran, dalam keadaan tersebut, ia tidak akan merasakan sesuatu di sekelilingnya sebab ketika marifah datang, akal manusia akan bersembunyi dan pikiran menjadi hilang. Namun sufi dalam kategori al-aqtab  yang mempunyai kekuatan battin hampir sejajar dengan para nabi, ketika memperoleh marifah ia tidak akan larut dalam suasana fana sebagaimana halnya para nabi.

Pada dasarnya, Syeikh Ahmad at  Tijani RA tidak menginginkan seorang sufi yang hanya memusatkan perhatiannya pada kontemplasi dan dzikir, dan mengabaikan masalah kemasyarakatan. Sufi, sebagaimana ditegaskan dalam pengamalan tarekat Tijaniyah, harus senatiasa aktif berjuang bersama masyarakat.

Namun demikian, attijani menjelaskan lebih lanjut, bahwa meskipun seorang sufi telah menjalani kehidupannya sebagaimana layaknya seorang muslim, cahaya marifah yang diperolehnya, akan tetap menyinari dirinya hal ini akan nampak termanifestasikan dalam setiap gerakan dan ucapan karena cahaya ketuhanan yang telah didapatinya, akan menyebabkan ia mempunyai keistimewaan ( karomah ). Sehingga dikatakan, salah satu tanda seseorang adalah sufi yang sudah meraih cahaya marifat, adalah ia dapat menunjukan rasa tanggungjawabnya kepada umat lemah lembut terhadap mereka, berjuang untuk mereka bersama-sama mereka membangun kehidupan yang islami melalui pendekatan hikmah, yakni melakukan pendekatan dakwah kepada umat manusia sesuai dengan tingkat kemapuan akalnya.

Nisbah Wali Quthub itu dengan Wali Al-Quthbul Maktum seperti nisbah orang awam dengan Wali Quthub, karena makamnya pada Gaibul Gaib (artinya tidak diketahui kadarnya kecuali Allah dan Rasul-Nya saja yang mengetahuinya).

Rasulullah SAW menghabarkan ; Bahwasanya Syekh Abdul Qadir dan Syekh Mahyuddin (Ibnu Arabi) makam keduanya itu lebih tinggi dari sekalian wali-wali. Dan Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani mengkhabarkan kepadaku (dari khabar Rasulullah) bahwasanya dirinya itu diberi kelebihan makam yang lebih tinggi dari keduanya dengan perkara/kelebihan (makam) yang tidak bisa digapai oleh keduanya.

Rasulullah SAW menjamin kepada Syeikh Ahmad At Tijany RA dengan sabdaNya : Engkau ya Ahmad adalah pintu keselamatan bagi orang-orang yang berdosa yang ingin kembali kejalan Allah dengan mengikutiMu.
Dan kami hanya punya satu pedoman / qoidah sebagai dasar dari semua usul. Bahwasanya tidak ada hukum kecuali kepunyaan Allah Swt. dan Rasulnya Saw. bahwasanya tidak ada ibarat dalam hukum kecuali firman Allah Swt. dan sabda Rasulullah Saw. Bahwasanya semua pendapat Ulama itu Batal (ditolak) kecuali berlandaskan Al Quran dan Al Hadits. Semua perkataan orang berilmu batal kecuali berlandaskan Al Quran dan Al Hadits, dan tiap-tiap pendapat orang berilmu yang bertentangan dengan Al Aquran yang shorih dan muhkam dan bertentangan pula dengan Hadits yang shohih, maka haram di fatwakan, walaupun pendapat tersebut dimasukkan dalam kitab kitab Fiqh. Karena fatwa yang diucapkan dengan sadar dan tahu kalau hal tersebut menyalahi Nas Al Qur an dan Hadits, maka itu (salah satu bentuk) kekafiran yang nyata. Allah SWT berfirman; Barangsiapa yang tidah bertahkim dengan apa yang diturunkan Allah ( Al Quran) maka mereka adalah orang orang kafir. Dan Sabda Rasulullah SAW; Barangsiapa yang mengada ada ( hal yang baru) dalam urusan kami ini (Agama Islam), sedangkan hal tersebut tidak ada dalam Islam, maka hal tersebut ditolak.  (Jawahirul maani : 2/195-196).
Sesungguhnya setiap orang yang masuk golongan kami kemudian keluar dan masuk Thariqah lainnya, Allah Swt . campakan orang itu dari hadrahNya dan mencabut semua pemberianNya yang disebabkan karena cintanya kepadaku (Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany) dan akan mati kafir. Dan kami berlindung dari murkaNya. Dan orang itu tidak akan beruntung selamanya. Dan tak seorang walipun yang yang ada dimuka bumi ini yang bisa membantunya. Dan ini adalah janji yang benar dari Baginda Rasulullah Saw. kepada kami (Syeikh Ahmad At Tijany). (Al Faidlur Rabbani ; 27).
Syeikh Ahmad At Tijany adalah pemegang mahkota kewalian tertinggi yaitu Al Khatmul Aulia Al Muhammady, sebagai mana Rasulullah Saw. adalah Al Khatmul Anbiya. Dari beliaulah (Syeikh Ahmad At Tijany RA.) semua wali Allah sejak dari zaman Nabi Adam sampai hari kiamat mendapat aliran / masyrab ilmu kewalian , Fuyudlat dan Tajalliat serta Asror-Asror yang mengalir dari Rasulullah Saw. baik mereka menyadari atau tidak, sebagaimana para nabi terdahulu, mereka mendapat Masyrab ilmu kenabian dari Rasulullah Saw. selaku Khatmul Anbiya. (lebih jelas silahkan pelajari Ar Rimah Juz 2/17). Al Masyrabul Kitmani.

Saya adalah Khatm al-Awliya yang berperan sejak zaman Nabi Adam as. Sampai ditiupnya sangkakala.

Dua kakiku ini di atas tengkuk semua Waly Allah Swt.
Diantara wali Allah ada yang hanya mengetahui jiwanya (al-Nafs) saja, ada juga yang sampai pada tingkat hatinya (al-Qalb), ada juga yang sampai pada tingkat akalnya (al-Aql), dan maqam yang tertinggi adalah wali yang bisa sampai mengetahui tingkat ruhnya; tingkat ini merupakan tingkat penghabisan (al-Ghayat al-Quswa).

Dan kadangkala Khatamul Wilayah yang mereka maksudkan itu Khatm al-Maqamat. Itulah maqam kedudukan yang paling tinggi dalam derajat al-Quthbaniyyah. Hanya dari wali Quthb-lah yang bisa mencapainya. Kedudukan ini tidak khusus bagi Wali Quthb tertentu bahkan sebagian al-Quthbul Kamil dapat juga mendudukinya sampainya tangga terakhir ditutupnya oleh al-Khatmul Akbar.                                                                                                             
                                                                                                 
Sesungguhnya al-Quthb al-Maktum  itulah perantara para nabi dan para wali, karena itu semua wali Allah swt., baik yang besar martabahnyanya maupun yang kecil tidak menerima limpahan rahmat dari seorang nabi melainkan dengan perantara al-Quthb al-Maktum dari arah wali itu tidak hanya menerima Sayyidul Wujud saw., dan tidak seorang nabipun mengetahui limpahan,khususiahnya itu. Sebab dia mempunyai masyrab tersendiri disamping para nabi as.     
“Sayyidul wujud saw., memberitahukan kepadaku, bahwa akulah al-Quthb al-Maktum, pemberitahuan itu dari Sayyidul wujud kepadaku dengan musyafahah (berbicara langsung) dalam keadaan jaga tidak dalam keadaan tidur.

Saya adalah Sayyid al-Awliya sebagaimana Nabi Muhammad saw., adalah Sayyid al-Anbiya

“Semua limpahan anugerah yang melimpah dari zat Sayyid al-Wujud saw., diterimanya oleh zat para Nabi as. Dan semua anugerah yang melimpah dan memancar dari zat para Nabi diterimanya oleh zatku dan dari aku limpahan anugerah  itu menyebar kepada semua makhluk. Sejak terjadinya alam sampai ditiupnya sangkakala dan aku diberi beberapa ilmu khususiyah antara aku dan Sayyid al-Wujud saw., yang disampaikan kepadaku dengan musyafahah (berbicara langsung) tanpa perantara.                                                                                                    

“Berkata kepadaku Rasulullah Saw. : Ya Ahmad, sesungguhnya barang siapa mencelamu dan tidak bertobat tidak akan mati kecuali dalam kekafiran, walau haji dan berjihad. Saya berkata : Ya Rasulallah, sesungguhnya Al Arif billah Sayyidy Abdurrahman As Syami mengatakan bahwa orang yang haji tidak akan mati suul khatimah, berkata kepadaku Sayyidul Wujud Rasulullah Saw. : Ya Ahmad, barang siapa mencelamu dan tidak bertobat, maka ia pasti mati kafir walaupun ia haji dan berjihad. Ya Ahmad barang siapa yang berusaha mencelakakanmu akulah yang marah kepadanya, dan tidak akan dicatat sholatnya, serta tidak akan membawa manfaat baginya.                                                                                                                 
Bersabda Rasulullah SAW kepada Syeh Ahmad Tijani : Para fuqara (yang menjadi tanggunganmu) itu adalah fuqaraku juga (tanggunganku juga), murid muridmu itu semua adalah murid muridku, sahabat sahabatmu adalah sahabat sahabatku. Adakah tempat bersandar yang lebih mulya dari Rasulullah ?

Rasulullah SAW Memberi tahu kepada Syeikh Ahmad At Tijany Ra. bahwa antara sahabat Rasululullah dan sahabatnya Syeikh Ahmad At Tijany mempunyai persamaan yang sempurna dan dengan kesamaan inilah ihwan Thariqah At Tijany bagi Allah Swt. lebih tinggi nilainya dari pada Qutub, Arifin dan Al Ghauts walaupun tampang dhohirnya hanyalah orang awam. (Al Faidlur Rabbani : 2).

Rasulullah saw. bersabda kepada Syekh Ahmad Al-Tijani : Tak ada karunia bagi seorang makhlukpun dari guru-guru thariqat atas kamu. Maka akulah wasithah (perantaramu) dan pemberi dan atau pembimbingmu dengan sebenar-benarnya (oleh karena itu), tinggalkanlah apa yang kamu telah ambil dari semua thariqat. Tekunilah thariqat ini tanpa khalwat dan tidak menjauh dari manusia sampai kamu mencapai kedudukan yang telah dijanjikannya padamu, dan kamu tetap di atas perihalmu ini tanpa kesempitan, tanpa susah-susah dan tidak banyak berpayah-payah, dan tinggalkanlah semua para Wali.                                                              
Saiyidi Syekh Ahmad al-Tijani berkata selalu disandarkan kepada Rasulullah saw., dengan kata-kata : Rasulullah saw., berkata kepada saya Atau : Rasulullah saw., memberitahukan kepada saya; karena dalam segala hal Sayyidi Syekh Ahmad al-Tijani Ra. Guru dan pembimbing serta pendidiknya adalah Rasulullah saw., dan Rasulullah saw., senantiasa mendampingi beliau dan tampak terlihat dengan mata kepala oleh beliau.
Mawlaya Abul Abbas At-Tijani RA berkata :"Ada 165.000 hijab antara hamba dengan Hadrah al-Quds; (kemudian) 167.000 maqam antara kewalian (Wilayah) dan Ma'rifah; (kemudian) 148.000 maqam antara Ma'rifah dengan Quthbaniyah".
Dan beliau (Sayydina Abul Abbas at-Tijani RA) juga menyampaikan bahwa "andaikata seluruh wali Quthub ummat ini dikumpulkan semuanya, maka mereka tidak akan dapat menandingi beratnya rambut dari sekelompok sahabat-sahabat-KU. (Kashful Hijab) jadi, seakan-akan sehelai rambut sahabat-sahabat Syeikh al-Tijani RA lebih agung dibandingkan seluruh wali Quthub ummat ini. Masya Allah.
Berikut sebagian kutipan surat dakwah syekh Ahmad al-Tijani :
Saya berwasiat pada sendiri dan kalian semua dengan perkara yang telah diwasiatkan dan diperintahkan oleh Allah swt. Yaitu menjaga batas-batas agama, melaksanakan perintah ilahiyah dengan segenap kemampuan dan kekuatan. Sesungguhnya pada jaman sekarang, sendi-sendi pokok agama ilahi telah rapuh dan ambruk. Baik secara langsung dan global ataupun secara perlahan-lahan dan rinci. Manusia lebih banyak tenggelam dalam urusan yang mengkhawatirkan, secara ukhrawi dan duniawinya. Mereka tersesat tidak kembali dan tertidur pulas tidak terjaga. Hal ini dikarenakan berbagai persoalan yang telah memalingkan hati dari Allah swt., dan aturan-aturan (perintah dan larangannya). Pada masa dan waktu kini sudah tidak ada seorangpun yang peduli untuk menjalankan dan memenuhi perintah-perintah Allah dan persoalan-persoalan agama yang lainnya. Kecuali orang yang benar-benar marifat kepada-Nya paling tidak orang yang mendekati sifat tersebut.                                                                                                       

Hendaklah kamu sekalian berusaha membiasakan bersedekah setiap hari jika mampu. Meskipun sekedar uang recehan ataupun sesuap makanan, disamping tetap menjaga pelaksanaan perkara-perkara fardu yang di wajibkan dalam harta benda, seperti zakat. Sesungguhnya pertolongan Allah swt., lebih dekat kepada mereka yang selalu      mengerjakan dan menjaga kewajiban-kewajiban yang bersifat umum/kemasyarakatan      
Pada bagian lain Syekh Ahmad al-Tijani mengatakan :
Hendaknya kamu sekalian selalu menjaga silaturahim/menyambung tali persaudaraan dengan norma-norma yang dapat membuat hati menjadi lapang dan menimbulkan rasa kasih sayang. Meskipun hanya menyediakan waktu luang dan memberikan salam. Jauhilah sebab-sebab yang menjadikan kebencian dan permusuhan di antara sanak saudara, atau perpecahan orang tua dan segala hal yang menyulut api dendam dalam relung hati sanak saudara. Hendaklah menjauhi segala pembicaraan yang mengorek aib dan kekurangan sesama muslim. Mereka yang gemar melakukan itu, Allah swt., akan membuka aib/cacat kekurangannya dan mengoyak kekurangan-                                  kekurangan generasi setelahnya.

Wasiat ini menegaskan pentingnya membangun kepedulian sosial dan membangun persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.                                                  
Syekh Ahmad al-Tijani, tasawuf adalah : Artinya : Patuh mengamalkan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, baik lahir maupun batin, sesuai dengan ridha-Nya bukan sesuai dengan ridhamu.

Kami hanya mempunyai satu pedoman (Kaidah) sebagai sumber semua pokok persoalan (ushul), bahwasanya tidak ada hukum kecuali kepunyaan Allah dan Rasul-Nya, tidak ada ibarat dalam hukum kecuali firman Allah swt., dan sabda Rasul-Nya.

Syekh Ahmad al-Tijani ditanya : Apakah bimbingan Nabi Muhammad saw., sesudah wafatnya sama seperti masih hidup ? Syekh Ahmad al-Tijani menjawab : Urusan umum yang disampaikan secara umum kepada ummat, hamparannya telah digulung dengan wafatnya beliau dan tinggalah urusan khusus yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw., kepada kelompok khusus, dan yang demikian ini pada waktu beliau hidup dan sesudah wafatnya tetap tidak putus. 
"Pedangku tergantung di atas langit, barangsiapa yang mencoba naik keatasnya..niscaya Aku penggal batang lehernya!! (Sayyidi Sheikh Abul Abbas Ahmad at-Tijani RA : Rafa Niqad Ba'd Kashful Hijab).

Jika sholawat Fatih dibaca sebanyak 100 kali pada hari kamis malam jumat, maka fadilahnya ialah menghapus dosa sebanyak 400 tahun".
Syekh Ahmad Tijani ra ditanya, mengapa sholawat al-Fatih tidak memakai kalimat wa sallim ? Beliau menjawab : Karena sholawat al-Fatih bersumber dari Allah, bukan susunan yang
dibuat oleh manusia.
Surat yang ditulis oleh Sayyidina Syaikh Ahmad al-Tijani (RA) untuk Temannya Syaikh Ibrahim al-Islam al-Rayahi (RA) :
"Tariqah Tijani di perhatikan oleh Allah dari karakteristik yang menempatkan itu di atas semua Tariqah dan bahasanya yang kadang-kadang tidak dapat dipahami. Jadi, bahwa kebenaran ini tidak dapat dipahami. Kalau hijab yang menutupi adalah tariqah ini akan dibangkitkan, yang terbesar dari Awliya Allah, Ghawth's, Qutbs dll akan berharap untuk itu, sama seperti gembala dari daerah gurun keinginan untuk awan penuh hujan. Perhatikan ! Jangan biarkan diri Anda tertipu karena semua berasal dari Tariqah itu. Tariqah ini kita adalah sumber dari semua Tariqah lain, sejak awal penciptaan ke peniupan sangkakala pada hari terakhir. Ini adalah janji tulus Nabi Muhammad Mustafa (SAW). Kebesaran Tariqah Tijani tersembunyi, kecuali dari Nabi Muhammad (SAW) yang tahu nilai sebenarnya yang sangat berharga ".
Dalam Jawahir al-Maani dikatakan, bahwa seorang calon murid, hendaklah memilih syekh al-Kamil ( guru yang sudah mapan ). Selanjutnya, dikatakan pada dasarnya tidak ada nas syara yang mengharuskan dalam pemilihan guru. Akan tetapi apabila dikaitkan dengan posisi murid yang hendak melakukan taqarrub al-hadrat al-qudsiyyah, diperlukan seorang pembimbing yang sudah mapan. Syarat ini hanya merupakan wajib nazari. Kenapa harus guru yang sudah mapan ?
Dalam Jawahir al-Maani dikatakan bahwa guru adalah orang yang akan membimbing taqarrub kepada Allah secara lahir dan batin, maka otomatis diperlukan guru yang mengetahui berbagai persoalan syariat yang berbentuk perintah, larangan dan lainnya. Dalam posisi semacam ini, maka hukum mendapatkan seorang guru yang sudah mapan adalah wajib dari sisi nazari  (min tariq al nazaar). Sebab keadaan murid diibaratkan orang yang sedang sakit, yang sudah tentu mendapatkan kesembuhan dan untuk itu, ia harus mendapatkan seorang dokter yang dianggap mampu memberikan pengobatan yang sempurna (Ali Harazim : I : 139).
Dalam Jawahir al-Maani, dijelaskan bahwa ciri-ciri guru yang mapan adalah: Mengamalkan syariat yang mulia dan zuhd dalam urusan duniawi.
Dalam Jawahir al-Maani dikatakan bahwa apabila murid sampai Pada puncak kedekatan dengan Tuhan, yakni pada maqam musyahadah atau Muayyanah, maka antara murid dengan Tuhan tidak ada yang menyambung dan tidak ada yang disambung. Selanjutnya, sebagaimana telah dikatakan, dalam posisi inilah sufi-sufi abad ketiga hijriyah mengeluarkan kata-kata syatahat, seperti ucapan yang keluar dari mulut Abu Yazid. Ucapan tersebut, sebenarnya bukan keluar dari Abu Yazid, sebab dia hanyalah sebagai Mutrarjim Allah, Ajja wa Jalla.
Dalam Jawahir al-Maani dikatakan, bahwa sebelum maqam musahadah masih ada maqam lain, yakni maqam mukasyafah, begitu juga sesudahnya masih ada maqam lain yakni maqam muayanah.
Syekh al-Tijani melihat adanya berbagai tingkatan yang dapat dicapai oleh golongan manusia tertentu dalam marifah. Adanya tingkatan-tingkatan itu lebih disebabkan oleh perbedaan rahmat yang diberikan tuhan kepada manusia dalam mencapai pengetahuaan ketuhanan, namun kekuatan rahmat tuhan yang diberikan kepada manusia berbeda-beda. Dengan demikian, manusia akan mencapai pengetahuan yang tidak sama tentang Tuhan. Ada marifah untuk tingkat wali (siddiqin dan arifin), dan para Nabi, sedangkan marifah yang tertinggi adalah yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw.
“Ketentuan bagi golongan wali qutb dan para Nabi, ialah Allah SWT. Tajalli pada mereka dengan al-sir, al-mausun (rahasia yang terjaga) dan al-gaib al-Maknun (rahasia yang tersimpan), yang dalam susunannya disebut bathin-bathin al-Uluhiyyah. Asrar bathin yang kedua ini, ilmu-ilmu dan pengetahuannya andaikata ditampakan sekadar sebutir debu saja kepada pembesar siddiqiin, maka mereka akan hancur karena haibah jalal Allah dan mereka akan lenyap secepat kedipan mata. Dan al-bathin ini diperuntukan bagi wali-wali  qutb dan para Nabi as.., selain mereka tidak ada keinginan sekali mereka mencapai derajat yang tinggi-. Sungguhpun demikian terdapat perbedaan, yakni para wali qutb sedikit di bawah para nabi kemudian, diatas yang khusus untuk Nabi Muhammad. Para wali qutb (sufi) dan pada nabi tidak ada keinginan untuk mencium baunya, dan andai kata asrar battin ini di tampakkan sekadar sebutir debu saja pada pembesar-pembesar Rasul, maka mereka akan hancur lebih cepat dari kedipan mata. (al-harazami : 238).
Ketika akal hilang dan perasaanpun lenyap dan nur qudsi melimpah memenuhinya (sufi), maka berkatalah dia tanpa sadar. Karena itu perkataan yang keluar daripadanya adalah diciptakan oleh Allah sebagai gantinya, sebab itu, ia berkata sebagai penyambung al-haqq dan menjelaskan al-haq bukan menjelaskan dirinya. Dalam melukiskan posisi sufi yang berada dalam kedekatan sufi dengan Tuhan, al-Tijani menghindari kata Ittihad dan Hulul, ia menyebutnya melalui ungkapan “tidak ada yang menyambung (wasil) dan tidak ada yang disambung (mausul).”

“Andaikata seorang hamba dalam keadaan fana’ maka ia akan berkata
لا اله  الا انا، سبحان ، مااعظم شأن. , sebab dia merupakan mutarzim  Allah aza wajala, dan dalam medan inilah Abu Yajid mengeluarkan perkataan yang dikeluarkan ditengah-tengah sahabatnya yang sedang mengerumuninya. Ia berkata  سبحان اعظم مشأن , mereka diam, tidak berani kepadanya dan mereka mengerti, bahwa dia sedang gaib dari selain Allah. Setelah dia siuman dari mabuknya dan benar-benar sembuh, maka diberitahukan kepadanya mengenai perkataan abu yazid yang mereka dengar. Abu Yajid berkata :  saya tidak tahu apa-apa.

Adapun mengenai puncak dari maqam musyahadah, dalam jawahir al-maani dijelaskan :
وغا ية المشا هدة ينمحق الغير والغيريّة فليس الا الحق بالحق للحق عن الحق فلا علم ولا رسم ولا عقل ولاوهم ولاحنيل ولا كيفية ولا كمية ولا نسبة 

Artinya: “Tidak terasanya yang lain (selain Allah, al-Gairiyah) baginya (murid) tidak ada yang lain kecuali haqq, bi-al-haqq, li al-haq dan an alhaq . Karena itu, baginya tidak ada ilmu rasm, aqal, kaifiyyah, kammiyah, dan nisbah pun tidak ada.

Penjelasan tentang batin al-uluhiyah, adalah bagi golongan siddiqin dan arifin. Mereka menembus Hijab-hijab zahir dan masuk ke batin al-uluhiyah sampai kepada martabat haqq al yaqin (waktu itu) bagi mereka, alam semesta ini, tak lain kecuali merupakan sifat-sifat Allah SWT dan asma-Nya. Hal ini dalam kenyataan bukan sekedar kenyataan bukan sekedar kepercayaan. Lalu Allah SWT Tajallli kepadanya dengan batin asma dan sifat-sifatnya. Maka mereka tidak merasakan lingkungan basyariah (kemanusiaan) dan jadilah semua harakah dan diamnya, semua perobahannya, semua perbuatan dan perkataannya dengan Allah SWT semata. Dan semua urusan mereka kepunyaan Allah SWT, dalam kekuasaan Allah SWT, dari kehendak Allah SWT: artinya mereka mati (tidak merasakan) dari selainnya. Inilah batas terkahir martabat golongan siddiqin. Mereka tidak mempunyai keinginan sampai kepada martabat yang ada dibelakang ini.  

Aku berwasiat untukku dan para ikhwan untuk selalu menjaga al-Qur'an dan as-Sunnah baik secara zahir maupun batin. Sibukkanlah diri untuk belajar dan mengamalkan ilmu khususnya yang berkaitan dengan adab suluk menuju Allah. Bacalah selalu al-Qur'an. Syeikh menganjurkan agar minimal dalam satu hari dapat membaca dua hizb atau satu juz.

Bermu'amalahlah dengan baik antara sesama kita, antara kita dan Allah, antara kita dengan nafsu, dan antara kita dan ikhwan. Karena menyakiti ikhwan sama halnya dengan menyakiti Nabi Saw. Peliharalah diri kita dari hal-hal yang dapat memutuskan kita dengan Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw serta para masyaikh terutama hal-hal yang membawa kepada kekufuran dan dosa-dosa besar yang menjerumuskan kita kepada suul khotimah( Na'udzubillahi min dzalika) seperti memusuhi para Auliya' Allah, riba, durhaka kepada orang tua, zina dan lainnya yang telah ditertera didalam al-Qur'an dan as-Sunnah.

Syekh Ahmad Attijani berkata dalam kitab Jawahirul Maany hal 115-2-)
Ketahuilah olehmu bahwasanya nash yang jelas, dan kasyaf (keterbukaan) yang shahih adalah bimbingan dari bimbingan Rasulullah yang tidak pernah berselisih dan tidak ada batasan waktu dan materinya. Keduanya (nash yang jelas dan kasyaf yang shahih) adalah satu kesatuan. Karena nash yang jelas itu berasal dari Nabi Muhammad SAW baik Al Quran dan Al Hadist.

Sungguh telah mengkabarkan padaku Rasululloh saw : tiada perantara antaramu dan antara Alloh kecuali akulah perantaranya. dan tiada penghubungmu yang lebih baik disisi Alloh kecuali berada ditanganku maka, dari itu tinggalkan amalanmu seluruhnya dan keutamaannya dulu yang engkau pernah ambil dari para masyayikh.
Saiyidi Syeih Ahmad Attijaniy ra, berkata: Saiyidul - Wujud memberitahukan kepadaku, bahwa semua orang yang cinta padaku, dia kekasih Nabi SAW. dan tidak mati kecuali dia menjadi Waly dengan pasti. (Rimaah : 2/42).
Maka Saiyidul-Wujud SAW. Bersabda pada Saiyidi Syeih Ahmad Attijaniy ra : Kamu adalah pintu keselamatan semua orang durhaka yang mencintai kamu . (Rimaah: 2/40).
Bersabda kepadaku Saiyidul - Wujud SAW. :  Kamu tergolong orangorang yang selamat, kamu kekasihku dan semua orang yang mencintamu adalah kekasihku, orangorang fakirmu adalah arang-orang fakirku dan sahabatmu, sahabatku dan semua yang mengambil wiridmu di merdekakan dari api neraka. (Rimaah : 2/42).
Kemudian Saiyidi Syeikh Ahmad Attijaniy berkata :  Dan ini semuanya terjadi (antaraku dengan SaiyidulWujud SAW. ) dalam keadaan jaga dan tidak dalam tidur. (Rimaah :2/42).
Kemudian berkatalah Saiyidi Syeikh Ahmad Attijaniy memberi peringatan dan petunjuk pada sahabatsahabatnya :  Aku berkata pada kalian, bahwa SaiyidulWujud SAW . menjamin kami, barang siapa mencela kami dan tetap begitu dan tidak taubat, maka dia takkan mati melainkan mati kafir. (JawaahirulMaaniy : 1/133).
Dan aku berkata kepada Ikhwan :  Barang siapa menggambil wirid kami dan mendengar apa yang ada di dalamnya yang antara lain masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksa dan menjerumuskan dirinya dalam maksiat pada Allah SWT. Disebabkan apa yang dia dengar itu dan menjadikan batu loncatan untuk merasa aman dari siksa Allah SWT. Dalam menndurhakai-nya, maka Allah SWT. Menyelubungi hatinya membenci kami yang akhirnya dia mencela kami. Apabila dia mencela kami, Allah SWT. Mematikan dia dengan mati kafir. Karena itu, berhati-hatilah dari mendurhakai Allah SWT. Dan dari siksanya. (Jawaahirul-Maaniy : 1/133-134).
Sholawat Fatih penghapus dosa ghibah
Sesungguhnya Saidi Syekh Ahmad Tijani ra., menulis jawaban kepada Saidi Ad Dimrowi ra ketika ia menanyakan tentang masalah ghibah dan kebusukan yang terkandung didalamnya daripada hak-hak seseorang. (dalam tulisan jawaban itu) ; Bacalah sholawat fatih lima ugliqo lalu engkau ucapkan, pahala yang terkandung dalam sholawat fatih ini aku tujukan hadiyahnya kepada setiap orang, yang aku ghibah baik secara sengaja/tidak sengaja, secara kezaliman, diambil hak-haknya, atau masalah hutang, maka, ia akan menemui Aku (disebabkan bacaan sholawat fatih) pada yaumil qiyamah diantara dua tangannya keluar seperti keluar dari perut ibu sehingga diberi ketetapan olehku pada pijakan tanah (ketika ia keluar).
yaa Alloh terimalah dariku ini dan sampaikanlah pahala (sholawat fatih) kepada mereka (yang aku ghibahi) bagian-bagian hak-hak mereka seukuran nasib dan bagian-bagian mereka dalam hak (ketika dighibah) secara sengaja, kezaliman, menyangkut perhutangan, dan hak-hak (Kasful Hijab Aman Talaqi maa Syekh At Tijani minal Ashab, Sekirej ra)
Tak ada karunia bagi seorang mahluk pun dari guru-guru Thariqat atas kamu. Maka akulah wasitho/perantara dan pembimbing-pembimbingmu dengan sebenar-sebenarnya (Oleh karena itu), maka tinggalkanlah apa yang telah kamu ambil dari semua Thariqal.
Perbedaan pendapat (khilaf) para mujtahid ada dalam batas ungkapan
Hakikat hukum syara adalah hukum (khitab) dari Allah yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf. Nash-nash kitab Ilahiyah jelas-jelas merupakan Firman Alloh yang hak, seperti Alquran, Injil, Taurat dan Zabur.
Tekkunilah Thariqal ini tanpa khalwat dan tanpa menjauh dari manusia sampai kamu mencapai kedudukan yang telah dijanjikannya padamu, dan kamu tetap di atas perihalmu ini tanpa kesempitan, sonder susah-susah dan tidak banyak berpayah-payah, dan tinggalkanlah semua para Waly !
Saiyidul-Wujud SAW. memberitahukan kepadaku, bahwa akulah Alquthbul-Maktuum, (pemberitahuan itu) dari Saiyidul-Wujud kepadaku dengan musyafahah/berbicara langsung/yaqdhah /dalam keadaan jaga, tidak dalam keadaan tidur.
Saya adalah Saiyidul-Auliyaa sebagaimana abi Muhammad SAW. adlah Saiyidul-Anbiyaa.
Bahwa semua limpahan anugrah yang melimpah dari dzat Saiyidul-Wujud diterimanya oleh dzat para Nabi As. Dan semua anugrah yang berlimpah dan memancar dari dzat para Nabi diterimanya oleeh dzatku dari aku limpahan anugrah itu menyebar kepada semua makhluk.
Sejak  terjadinya alam sampai ditiupnya sangkakala dan aku diberi  beberapa ilmu khususiyah antara ku dan antara  Saiyidul-Wujud yang disampaikan kepadaku dengan musyafahah/berbicara lansung  (tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT), tanpa perantara.
Bahwa Saiyidul-Wujud memberitahukan pada beliau yaqdhah/dalam keadaan jaga, bahwa dia (S. Syeikh Ahmad Attijaniy) adalah Waly Khatam Al-Muhammady yang telah dikenal di kalangan semua Waly Quthub dan Shidiqqin, bahwa kedudukannya tidak ada lagi kedudukan di atasnya tentang hamparan marifat kepada Allah SWT. dan bahwa  Waly Khatam inilah yang menerima  semua apa yang berlimpah dari dzat para Nabi As. Dari beberapa pemberian, dan dia yang memberikan pemberian-pemberian itu kepadda semua Waly-Waly sekalipun mereka tidak mengetahuinya. (Alkhulaashatul-waafiyah :76).
Kebaikan seluruhnya ada dalam mengikuti sunah dan kejelekan seluruhnya ada dalam menyalahinya.
Beliau juga berkata: Ketahuilah ! Sesungguhnya jalan yang lurus (shirathal mustaqim) adalah Nabi SAW. Dikatakan demikian karena Nabi adalah jalan yang terbentang menuju kepada Alloh. Tidak seorang pun akan sampai ke Hadirat Qudus (Alloh), menyelami rahasia-Nya dan memperoleh cahaya-Nya kecuali dengan berjalan atas shirathal mustaqim. Nabi adalah pintu dan jalan yang lurus (shirathal mustaqim) menuju kepada Alloh. Orang yang ingin masuk menemui Alloh SWT dalam Hadirat-Nya yang Agung dan Suci tetapi berpaling dari kekasih-Nya (Nabi SAW), maka akan tertolak, terlaknat, tertutup jalan dan pintunya dan akan dikembalikan kedudukannya dari manusia yang beradab ke dalam kelompok hewan.

Bismillahirrahmanirrahim Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammad Al Fatihi Lima Ughliq Wal Khotimi Lima Sabaq Nashiril Haqqi Bil Haqq Wal Haadi Ila Shirotikal Mustaqim Wa Ala Aalihi Haqqo Qodrihi Wa Miqdarihil Azhim
Terjemahan sederhana dari
Jawahiru al Ma'ani Juz 1
Hal 95/96
Syaikh kita yang paling tercinta yakni Syaikh Ahmad Tijani RA berkata bahwasanya Allah Subhanahu Wa Taala meliputi seorang hamba, ketika si hamba diciptakan dengan sifat kelemahan dan ketidakmampuan dalam gerak dan diamnya dan dalam semua keadaan-keadaannya. Seperti contoh Apabila si hamba duduk dalam waktu yang lama maka dia akan lelah/bosan dalam keadaan duduk, apabila si hamba berdiri maka dia akan lelah/bosan berdiri jika dalam waktu yang sangat lama, jika tidur terlalu lama maka dia akan lelah tidur dan jika terjaga terlalu lama maka dia harus tidur, dan jika si hamba belajar terlalu lama maka dia akan capek belajar. Dan jika ia makan maka sebenarnya dia dibebani dengan penuhnya makanan (diperutnya), dan jika ia tidak makan maka (sebaliknya) dia akan merasa lapar dan seterusnya. Maka inilah keadaan si hamba yang selalu berada dalam keadaan butuh akan Tuhannya, dan dia menyadari dan mengakui bahwa Allah itu Maha Berkuasa dan Berdiri Sendiri, sehingga si hamba tidak akan bergantung kepada apapun dan siapapun, dan kemudian hanya kembali kepada Tuhannya sendiri. Dan inilah cara Tuhab sehingga mahluk mengenal-Nya dan kembali pada-Nya

Syeikh RA juga menyampaikan bahwa manusia mengenal Tuhannya dengan belajar dari keadaan-keadaan yang dia alami, bahwasanya manusia senantiasa mengalami kesusahan dan kesenangan, hidup yang bahagia dan permasalahan dan lelah, rasa takut dan aman, sakit dan sehat dan kemudian hati juga berubah menjadi sempit dan lapang, yakin dam putus asa. Syeikh RA juga menyampaikan bahwa : Andaikan manusia tahu bahwa sesungguhnya mereka akan lebih senang berada dalam kesusahan dibanding berada dalam kesenangan. Karena sudah tabiatnya jika manusia dalam keadaan senang maka dia akan lupa Tuhannya. Namun apabila kesusahan dan permasalahan datang, maka permasalahan tersebut yang mendorong manusia kembali kepada Tuhan mencari pertolongan dan keselamatan. Ketika manusia berada dalam keadaan susah maka dia (biasanya) tidak akan lupa akan Tuhannya, kebalikannya jika berada dalam kesenangan maka dia (biasanya) lupa akan Tuhannya. Oleh karena itu manusia yang berada dalam kesusahan (sebenarnya) lebih baik karena dia berada dalam keadaan meminta-minta di pintu Tuhannya untuk mengangkat kesusahannya.
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang Telah menimpanya., (Yunus:12).
Syeikh RA juga menyampaikan bahwa Allah menguji hambanya dengan kemiskinan kemudian diberinya keringanan dari kemiskinan dengan suatu rizki yang tidak murni kehalalannya. Dan jika si hamba sabar menghadapi ujian kemiskinan maka Allah akan memberi keterbukaan dan jalan keluar sehingga si hamba tidak akan pernah lagi merasakan kemiskinan.
Shaykh Abil Abbas Ahmed Tijani (radliyallahu anhu) berkata : Berhati-hatilah dan berhati-hatilah dari mencampur adukkan awrad, karena mengamalkan zikir-zikir secara berulang-ulang dan berlebih-lebihan akan merusak pikiran si murid, sebagaimana dijelaskan oleh kalangan ahli sufi. Oleh karena itu akan lebih baik bagi si murid untuk memiliki hanya satu jalan dalam wiridan dan satu panduan arah untuk di ikuti.
Syeikh menyatakaan hijab yang tersingkap adalah 165.000 hijab. Maka batinnya dipenuhi oleh cahaya Tauhid dan Irfan.
Ketika diajukan pertanyaan kepada Syeikh Ahmad At-Tijani tentang, Apakah arti Al-Maktum ? Beliau menjawab:

Ialah seorang wali yang disembunyikan oleh Alloh SWT dari seluruh makhluk. Termasuk dari para malaikat dan para nabi. Kecuali kepada Rasululloh SAW. Rasululloh mengetahui dirinya dan keadaannya. Ia memperoleh tiap kesempurnaan ilahiyah yang ada pada seluruh wali
Al-Maktum secara etimologi berasal dari ك – ت – م . Artinya yang dirahasiakan dan tersembunyi. Sedangkan al-maktu-m secara istilah, sebagimana dalam Bughyah: 147 adalah seorang wali kutub yang dirahasiakan dan disembunyikan sosoknya oleh Alloh SWT dari seluruh makhluk. Kecuali Rasululloh SAW. Pemilik kedudukan ini mutlak pilihan Alloh SWT.
Al-maktu-m adalah kedudukan yang sangat khusus dan tertinggi. Tidak ada kedudukan lagi di atasnya dari beberapa kedudukan arifin dan shidiqin kecuali kedudukan sahabat. Kedudukan suhbah (sahabat) merupakan kedudukan yang tidak dapat dilampaui keutamaannya kecuali oleh para nabi.
Dalam Al-Jami Lima Af-taraa Min Durari Al-Ulu-m Wal Fa-idhatu Min Bahri Al-Quthbi Al-Maktu-m, Sayid Muhammad bin Al-Misyri As-Saba-ihi, salah seorang khasanah rahasia Syeikh Ahmad At-Tijani menjelaskan: Kesimpulannya adalah bahwa sebagaimana hakikat sosok Nabi Muhammad SAW yang hanya diketahui oleh Alloh SWT dan Nabi sendiri. Artinya tidak diketahui oleh seluruh nabi dan rasul lainnya. Demikian pula al-quthbu al-maktum. Hakikat sosoknya disembunyikan tidak diketahui oleh seorang pun kecuali Alloh SWT dan Rasululloh SAW. Dan Alloh memperlihatkan kepada pemiliknya. Tidak ada jalan kepada para wali lainnya melihat kedudukan tersebut.
Kedudukan al-maktum itu diberikan oleh Rasululloh SAW kepada Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani. Dalam hal ini, Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani memperoleh tiga penobatan oleh Rasululloh SAW, yaitu:
1. Kedudukan Al-Quthbaniyah Al-Udzma (kutub terbesar). Yaitu pada awal-awal Muharrom 1214 H.
2. Kedudukan Khatimah Al-Muhammadiyah (penutup kewalian yang secara sempurna mengambil asror Nabi Muhammad SAW) pada hari yang sama.
3. Kedudukan Al-Katimah Al-Khash (wali khos yang tersembunyi). Yaitu pada tanggal 18 Shafar 1214.
Sebagian di antara keistimewaan kedudukan al-maktum adalah bahwa Al-Haq bertajalli 100.000 kali dalam kejap pertamanya. Di mana dalam satu tajalli diberikan 100.000 macam anugerah seperti yang diberikan kepada penduduk sorga. Kemudian dalam kejap selanjutnya diberikan kesabaran menghadapai beberapa tajalli-Nya. Demikian terus menerus tanpa ada batasnya.
Al-maktum juga merupakan sumber Faidh (cucuran rahmat) yang berupa Imdad (pertolongan) yang dilakukan oleh para qutub untuk seluruh alam semesta. Tanpa disadari karena adanya penghalang/hijab, para qutub telah mengambil perantaraannya dalam memberikan Faidh .Al-maktum memberikan Faidh Hakikatul Muhammadiyah kepada mereka dalam hidupnya. Nisbat para qutub dengan al-maktum adalah seperti nisbat orang umum kepada qutub sendiri. Karena kedudukan al-maktum dalam kegaibannya tidak diketahui oleh seorang pun. Baik di dunia, maupun di akhirat.
Dalam kesempurnaan kedudukannya tidak bisa dibandingkan dengan seluruh kedudukan lainnya. Seperti kedudukan Rasululloh SAW yang mencakup seluruh kedudukan kenabian. Karena tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatul muhammadiyah kecuali Alloh SWT. Demikian pula al-maktum. Dia telah menjadi penolong pada seluruh wali dalam zaman dahulu dan zaman kemudian. Hakikatnya tidak dapat diketahui siapa pun, kecuali Alloh dan Rasululloh SAW.
Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani telah meminta kepada Rasululloh SAW untuk mengumpulkan seluruh Kedudukan qutbaniyah dan Fardaniyah. Rasululloh SAW mengabulkan permintaan tersebut dan menjaminnya. Sebagaimana yang disampaikan Abul Mawahib Al-Arabi bin Sa-ih. Kedudukan Fardaniyah merupakan kedudukan para shadiqin dan kenabian (di luar risalah) dan lainnya. Dalam arti dalam dirinya terkumpul segala hal yang telah dikhususkan untuk mereka. Bersamaan dengan itu melebihi mereka dari sisi lainnya. Yaitu dari sisi jaminya.
Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani menerangkan tentang hakikat wilayah. Bahwa wilayah terbagi menjadi dua, yaitu: Wilayah A-mmah (umum) dan Wilayah Khosh-shoh (khusus). Wilayah a-mmah ialah wilayah sejak Nabi Adam a.s. sampai Nabi Isa a.s.. Sedangkan Wilayah Khosh-shoh ialah sejak Rasululloh Saw sampai Al-Khatmu (penutup). Arti dari khosh-shoh adalah wali yang berakhlak dengan akhlak Al-Hak yang berjumlah 300 akhlak secara sempurna. Sebagaimana sabdanya:

Sesungguhnya Alloh memiliki 300 akhlak. Siapa yang berakhlak dengan salah satunya, maka Alloh memasukkannya ke dalam sorga.
Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani. Adalah seorang waliyulloh yang agung dengan predikat Al-Quthbaniyatul Udzma Al-Kamil Al-Jami. Beliau telah dikukuhkan sebagai Khatm Al-Auliya oleh Rasululloh SAW secara langsung.
Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani mengatakan bahwa Sayid Al-Wujud (Rasululloh SAW) telah mengabarkan kepadanya dalam keadaan jaga bahwa dirinya adalah Al-Khatim Al-Muhammadi yang telah diketahui seluruh wali kutub dan shidiqin. Bahwa tidak ada lagi maqam di atasnya dalam persoalan samudra Marifat Billah.
Beliau juga mengatakan, Sayid Al-Wujud (Rasululloh SAW) telah memberitahukan kepadaku bahwa sesungguhnya diriku adalah Al-Quthb Al-Maktum darinya dengan musyafahah (berhadapan) dalam keadaan jaga, bukan dalam keadaan tidur.
Ketika diajukan pertanyaan kepada Syeikh Ahmad At-Tijani tentang, Apakah arti Al-Maktum ?. Beliau menjawab, yaitu wali yang disembunyikan oleh Alloh SWT dari seluruh makhluk. Termasuk dari para malaikat dan para nabi. Kecuali kepada Rasululloh SAW. Rasululloh mengetahui dirinya dan keadaannya.
Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani berkata:

Saya adalah sayidul auliya seperti halnya Nabi Muhammad SAW adalah sayidul anbiya.
Dalam Ad-Durr Al-Mandhum, Beliau menegaskan posisinya dalam berbagai surat-suratnya kepada beberapa sahabatnya, Sesungguhnya kedudukan kami di sisi Alloh di akhirat tidak dapat dicapai oleh seorang wali pun sejak berakhirnya masa sahabat sampai ditiupnya sangkakala. Tidak seorang wali pun yang dapat menyusul kedudukan kami atau mendekatinya. Karena memang sangat jauh dari beberapa tujuannya. Saya tidak berkata demikian kecuali setelah kudengar langsung secara hak dari Rasululloh SAW. Tidak ada seorang wali pun yang dapat memasukkan seluruh sahabatnya ke sorga tanpa hisab dan siksa, meskipun melakukan dosa dan maksiat kecuali hanya diriku. Dan Rasululloh SAW telah menanggung perkara mereka, yang tidak dapat kuterangkan. Perkara ini tidak dapat dilihat dan diketahui kecuali di akhirat. Bersamaan dengan ini semua, bukan berarti kami meremehkan kemuliaan sa-da-tu l-auliya. Kami pun tidak merendahkan keagungannya. Maka agungkanlah kemuliaan para wali yang hidup atau pun yang telah wafat. Sesungguhnya siapa yang mengagungkan kehormatan mereka, maka Alloh akan mengagungkan kehormatannya. Dan siapa yang merendahkan mereka, maka Alloh menghinakannya dan murka kepadanya. Janganlah kalian meremehkan kehormatan para wali.
Syeikh ahmad ra berkata, ruh Syeikh Ali Harozim masuk kealam ghoib, dan orang-orang menyangka bahwa ia telah mati, lalu merekapun menguburnya hidup-hidup, dan seandainya mereka tidak menguburnya, niscaya mereka akan mendengarkan penjelasannya tentang rahasia ilmu dan makrifat yang tidak akan pernah mereka dapatkan dari kitab.
Syeikh Ahmad berkata : Siapa diantara kalian yang melihat ada orang yang membawa rokok didalam majlis wirid wazhifah, usirlah orang-orang itu!
Syeikh Ahmad ra sangat mencintainya dan banyak menaruh perhatian kepadanya, bahkan beliaupun pernah berkirim surat wasiat kepada Sayyid Mahmud At-Tunisy ra di antaranya adalah :
Surat ini ditujukan kepada kekasih kami
Sayyid mahmud At-Tunisyah ra
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Kamu pernah bertanya kepadaku tentang wirid wazifah ?
Dengarkan dan perhatikanlah jawabanku ini :
Aku berwasiat kepadamu, janganlah sekali-kali kamu meninggalkan wirid wazifah, sebab barang siapa yang meninggalkan wirid wazifah, maka ia telah kehilangan satu kebajikan dan satu keuntungan yang sangat besar bahkan tak ada satu amalanpun yang dapat menggantikan keagungannya.
Dan sebaiknya, kamu mengamalkan wirid wazifah secara berjamaah, karena hal itu lebih utama dan lebih besar fadillahnya tapi jika kamu tidak mendapatkan seorang ikhwan yang dapat diajak berjamaah, maka kerjakaanlah sendiriian, dan kerjakanlah satu kali dalam sehari semalam. Awas, jangalah sekali-kali kamu meninggalkan wirid wazifah, walaupun cuma satu kali. Dan barang siapa yang mendapatkan seorang ikhwan yang dapat diajak berjamaah, tapi ia mengerjakannya seindirian maka ia telah melakukan kesalahaan dan kekeliruan yang besar. Sekian.
Sulthonul Arifin Sayyidis Syeikh Ahmad bin muhammad At-Tijany ra pernah berpesan kepada semua ikhwan: Didalam ajaran tarekat kami, ada tata cara berziarah kepada Rosululloh saw, yaitu dengan membaca sholawat jauharotul kamal sebanyak 20 kali dengan niat berjiarah kepada Nabi, karena pada saat bacaan yang ke 7, beliau hadir mendatangi kita dengan wujud zatnya yang mulia dan terus duduk bersama kita hingga bacaan kita selesai. Apa bila kita mengamalkannya maka sama seperti kita berziarah langsung ke makamnya di roudhoh Syarif Madinah dan kita pun mendapatkan ganjaran pahala seperti berziarah kepada seluruh wali di dunia ini, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. bahkan Allah swt akan memberikan pahala yang sangat besar dan tak ternilai kadarnya, tapi semua ganjarannya itu di rahasiakan dan tidak di jelaskan kadarnya di dunia, dan baru akan kita ketahui nanti di negeri akhirat.
Syeikh Ahmad ra berkata : Wajib bagi kalian semua untuk menjaga adab apabila sedang berhadapan dengan Syeikh (guru), karena sesungguhnya seseorang akan naik derajatnya dididik Allah jika ia menjaga adab, dan akan hina kedudukannya bila ia meremehkan adab. Dan ketahuilah wahai saudaraku, apabila aku memberikan keringanan kepadamu, maka sulit bagimu untuk mendapatkan martabat yang mulia bila kamu tidak mengamalkan adab.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan