kisahkan sebuah peristiwa ketika Syaikh Ahmad Tijani dikunjungi oleh 300 raja-raja Jin Islam dan 60 raja-raja waliyullah. 300 raja2 jin tersebut mengutarakan keinginan mereka untuk diangkat menjadi murid dari Sayyidi Syaikh. Tetapi Sayyidi Syaikh menjawab bahwa beliau ditugaskan hanya untuk kalangan bangsa manusia. Maka semua raja jin tersebut memohon agar diizinkan mengkhodam / menghamba kepada beliau. Dan beliaupun mengizinkan dengan syarat bahwa para raja jin tsb juga harus mengkhidmat/mengkhodam kepada syaikh/guru yang ditunjuk oleh beliau ra beserta para murid-muridnya. Tentunya yang dimaksud adalah syaikh/guru yang BENAR dan SAH secara ruhaniah. Demikian pula dengan 60 raja2 waliyullah, yang dipimpin oleh Sesepuh Wali Quthub : Syekh Abu Hasan Syadzili, Syekh Ibnu Arabi dan Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani, memohon kepada Sayyidi Syaikh Ahmad Tijani agar diizinkan untuk berguru (alias diangkat sebagai murid) kepada beliau ra. Dan Sayyidi Syaikh pun berkata bahwa bagaimana sekalian berguru kepadaku sementara derajat kalian adalah raja wali Allah. mereka menjawab bahwa kami hanya mengayomi dan mendidik orang-orang yang masih hidup. Sidi Syekh berkata : kalian aku angkat sebagai murid dengan syarat kalian mengkhidmat/mengkhodam kepada syaikh/guru yang ditunjuk oleh beliau ra berserta para murid-murid tijani.
Dari kisah di atas dapat kita bayangkan dan tarik kesimpulan bahwa betapa tinggi derajat beliau di atas derajat para raja waliyulah, serta betapa luas dan dalam ilmu dari Sayyidi Syaikh Ahmad Tijani. Kita bisa bayangkan, bahwa untuk para murid beliau sudah disediakan 2000 macam ilmu. Silakan para murid tholaab ilmu2 tsb sesuai kebutuhan tiap individu, tentunya dengan izin dan bimbingan dari GURU yang BENAR dan SAH secara ruhaniah.
Syarat menjadi murid dari tarekat Tijaniyah adalah
1. Harus taat kepada Allah & RasulNya
2. Harus taat kepada Guru
3. Harus taat kepada kedua orang tua
4. Harus taat kepada Ulil Amri (pemerintahan yang
BENAR dan SAH)
Para pengikut Tijaniyah dianjurkan untuk bergaul dengan sesama manusia dari golongan manapun. Kalau tidak demikian, bagaimana mungkin Bung Karno bisa menjadi presiden dalam waktu yang lama? Bagaimana mungkin Hasyim Asy’ari mengembangkan Nahdhatul Ulama (NU) tanpa sosialisasi kepada masyarakat? Bagaimana mungkin HOS Cokroaminoto mendirikan pergerakan tanpa bantuan kawan2nya? Bagaimana mungkin Pesiden kita sekarang (SBY) dapat mempunyai relasi yang begitu luas dan kuat?
Yang tidak boleh (dilarang keras) adalah mengunjungi wali-wali selain Tijaniyah, baik yang hidup maupun yang sudah meninggal. Sayyidi Syaikh Ahmad Tijani berkata bahwa tidak akan meninggal seorang Tijaniyah sebelum mendapat derajat kewalian (tentunya derajatnya sesuai amalan). Dan kisah 60 raja wali yang ingin berguru kepada Sayyidi Syaikh, termasuk Syaikh Abdul Qodir Jaelani. Silakan kita semua berpikir dengan keras dan mengambil kesimpulan, mengapa para pengikut Tijaniyah dilarang keras berziarah kepada wali2 selain Tijaniyah, pun kepada wali sekelas Syaikh Abdul Qodir (kecuali ada izin dari GURU), apalagi berziarah kepada wali2 kecil-menengah (wali wilayah)!! Seorang Tijaniyah yang BENAR amalannya, yang tekun dalam ibadahnya, sesungguhnya Nabi SAW akan hadir ketika mereka meninggal dunia dan ketika ditanya di dalam kubur, serta 70.000 malaikat akan berzikir untuknya. Mereka tidak akan meninggalkan dunia kecuali sudah sampai pada tingkat keWaliannya. Orang yang berziarah kepada wali2, tidak ada yang mereka harapkan kecuali keberkahan dan doa. Jadi, bagaimana bisa pengikut Tijaniyah yang dianugerahi mutiara keilmuan yang sangat tinggi harus memohon doa dan keberkahan dari wali2 selain Tijaniyah?? Apakah Guru2 / Syaikh2 mereka (termasuk Syaikh Ahmad Tijani) tidak cukup untuk dimintai doa dan keberkahan sehingga harus menghabiskan tenaga dan waktu untuk ziarah kepada wali2 lain?? Mengapa harus berziarah kepada wali2 lain, sementara 60 raja wali berziarah dan ingin berguru kepada Syaikh Ahmad Tijani?? Jika pengikut Tijaniyah ziarah pada Wali selain gurunya maka hubungan antara mereka dan guru2nya menjadi putus. Juga seluruh pemberian ilmu dari gurunya menjadi putus pula adanya. Mereka tidak ada apa-apanya di hadapan gurunya dan tidak ada yang akan mereka peroleh dari ziarah kepada orang lain. Allah tak menjadikan sesuatu pada seseorang yang bercabang dari dua hati.
Dan patut pula disimak perkataan dari Sayyidi Syaikh, bahwa semua tarekat akan berakhir (hilang) di akhir zaman, kecuali tarekat Muhammadiyah (alias Tijaniyah). Nama Tijaniyah pada akhir zaman akan berubah menjadi Muhammadiyah. Semua tarekat di akhir zaman akan menjadi tarekat Muhammadiyah/Tijaniyah.
Kepada semua pembaca yang simpati & empati kepada Tijaniyah, saran saya…….kalau pembawaan kita masih suka banyak bertanya, maka lebih cocok belajar saja dulu seterusnya tentang ilmu2 syari’at (seperti fiqh, ushul, tafsir, muthola’ah hadits, ilmu tentang ma’rifat, ilmu tentang tarekat, dll). Kalau sudah bulat hati masuk tarekat, tinggal diamal saja ilmu2/amalan tarekatnya (bukan ilmu yang membahas & membicarakan tarekat yaa..). Kalau manfaatnya dapat kita rasakan positif buat diri kita, yaa amalkan terus sampai tutup usia. Kalau tidak cocok dengan pembawaan kita, yaa tinggalkan saja.
Tholaab yang BENAR dan semangat, ibadah yang tekun, biar qolbu terbuka lebar dan mengerti tanpa diberitahu.
Sumber Rujukan :
Kitab Jawahir Ma'ani wa Buluguil Amani
Kitab Faidur Robbani
Tiada ulasan:
Catat Ulasan