Jumaat, 6 Mei 2016

Mi'raj

Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki mengatakan bahwa pertemuan Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam dengan Nabi-nabi 'Alaihissholatu Wasallam di berbagai tingkatan langit pada malam Mi’raj bukan semata pertemuan biasa, namun memiliki makna yang menunjukan fase kehidupan Rasulullah sendiri setelah terjadinya Mi’raj.

Pertemuan dengan Nabi Adam di langit ke-1 menunjukan Hijrah Rasulullah sebagaimana Hijrahnya Nabi Adam dari surga ke bumi, dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya di langit ke-2 menunjukan keadaan Rasulullah yang akan menghadapi kejahatan kaum Yahudi sebagaimana yang terjadi pada kedua Nabi tersebut. Lalu dengan Nabi Yusuf di langit ke-3 menunjukan kemenangan Rasulullah atas kaum musyrik, yakni pada perang Badar, sebagaimana menangnya Nabi Yusuf dengan ditandai keluarnya beliau dari penjara dan pengangkatan beliau sebagai Wazir.

Kemudian dengan Nabi Harun di langit ke-4 menunjukan kemurahan dan kelembutan Rasulullah sehingga umat mencintainya dibanding yang lain, seperti halnya Nabi Harun yang amat dicintai kaumnnya melebihi siapapun, bahkan melebihi Nabi Musa sendiri. Kemudian dengan Nabi Idris di langit ke-5 menunjukan Rasulullah akan menyebarkan agama Allah dengan tulisannya ke berbagai penjuru dunia, yakni dengan menulis surat kepada raja-raja kala itu sebagaimana Nabi Idris yang merupakan manusia pertama yang menulis.

Selanjutnya dengan Nabi Musa di langit ke-6 menunjukan kemenangan Rasulullah atas orang Yahudi, yakni pengusiran terhadap orang-orang Khaibar, Fad’aq dan semua Yahudi munafik lainnya dari kota Madinah, sebagaimana halnya Nabi Musa yang mengusir kaumnya yang membangkang ketika diperintahkan memasuki tanah Palestina. Terakhir dengan Nabi Ibrahim di langit ke-7 menunjukan ketenangan Rasulullah seusai Haji Wada dimana beliau bersandar kepada Ka’bah saat berkhutbah, sebagaimana Nabi Ibrahim yang tengah bersandar pada Baitul Ma’mur.

Adapun Mi’raj beliau ke Sidratul Muntaha di atas langit ke-7 menunjukan Fathul Makkah, ke Mustawa di atas Sidratul Muntaha yang merupakan tempat terlapang di semesta ini menunjukan keberhasilan dakwah Rasulullah, terakhir berjumpa Dzat Allah Yang Mana Agung menunjukan kembalinya (wafat) beliau kepada Allah.

(Dinukil dari buku “Semalam Bersama Jibril AS” terjemah kitab “Wa Huwa Bil ‘Ufuqil A’la” hal. 214-222 karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan