Sultan Ahmed I yang naik tahta pada usia muda menggantikan ayahnya, Sultan Mehmed III, adalah satu diantara penguasa Utsmaniyah yang menguasai berbagai macam ilmu dan bahasa, berperangai ramah dan penyayang, serta memiliki akhlak dan adab yang tinggi.
Beliau memiliki sebuah cetakan kaki atau sandal Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam yang disalin lagi ke dalam selembar kain. Setiap hari Jum'at, beliau akan menyematkan kain tersebut di sorbannya. Itu semua beliau lakukan demi memuliakan Rasulullah.
Di balik kain itu pula beliau menulis sebuah syair berbunyi, "Wahai (Rasulullah), andai saja aku bisa menempatkanmu di atas kepalaku seperti aku mengenakan sorban selamanya. Wahai (Rasulullah), andai saja aku bisa membawa tapak kakimu di atas kepalaku seperti aku mengenakan mahkota selamanya. Ahmed (teguran untuk dirinya sendiri), merendah dan usaplah wajahmu di bawah kaki yang mulia (maksudnya jejak kaki Rasulullah)."
·
Beliau juga pernah mengirimkan 60.000 keping emas yang kemudian dilebur untuk melapisi gerbang makam Rasulullah. Hingga saat ini gerbang makam Rasulullah tetap dalam keadaan demikian.
Selain adabnya yang tinggi kepada Rasulullah, beliau juga memiliki kebiasaan unik yang belum pernah dilakukan sultan-sultan sebelumnya, yaitu memasuki masjid dengan menunduk.
Di masjid utama Utsmaniyah, Masjid Sultanahmet Camii (Masjid Biru), terdapat sebuah pintu khusus yang di depannya terbentang rantai besi ke bawah. Sehingga beliau harus menuduk saat memasukinya dengan kuda. Hal ini dilakukan sebagai pendidikan Tasawuf untuk menghinakan seorang sultan dihadapan Allah.
Pintu yang dimaksud adalah pintu terluar dari masjid. Seperti yang diketahui bahwa Sultanahmet Camii memliki tiga tahapan pintu. Pintu terluar sebagai benteng, pintu kedua untuk memasuki halaman dan pintu utama untuk masuk ke masjid.
Sultan Ahmed I wafat pada usia muda, yakni 27 tahun. Jenazahnya dimakamkan di halaman Masjid Sultanahmet Camii, begitu pun istri dan anak-anaknya. Semoga kita semua bisa meneladani kemuliaan akhlak beliau.
Sumber : Syeikh Muhammad Aslam An-Naqsabandi
Tiada ulasan:
Catat Ulasan