۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
Ada kata-kata yang seperti ini dari orang-orang sholeh terdahulu yang menjadi waliyullah, "rahasia kewalian seorang wali itu tidak akan pindah kepada yang lain".
Jadi murid jangan ada yang kurang ajar, murid jangan ada yang ngomong kewaliannya Pak Kyai pindah ke saya. Ini murid yang kurang ajar, ini murid yang gagal menjadi murid. Tidak ada wali memindahkan kewaliannya kepada muridnya, tidak ada, tapi kalau murid dikasih maqom sendiri iya, dimintakan sama gurunya pangkat iya, tapi kalau pangkat kewalian seorang wali tidak akan pindah kemana-mana, pindahnya ke anaknya. Tidak mungkin pindah ke orang lain, pasti pindah ke anaknya.
Kalau anaknya 10, maka dibagi 10, masing-masing mendapatkan rahasia kewalian sendiri-sendiri. Sampai kalau anaknya meninggal semua dan tinggal satu, maka rahasia kewalian saudara-saudaranya akan ngumpul pada yang satu ini, begitu kata orang-orang sholeh, tidak akan pindah kemana-mana.
Maka diceritakan dulu ketika Syeikh Abu Bakar bin Salim, Syeikh Abu Bakar bin Salim ini adalah kakeknya Habib Umar bin Hafidz, semoga Allah panjangkan umurnya dalam segala kenikmatan, ketaatan dan dalam keadaan ridho dan kita dapat barokah ilmunya dan barokah kewaliannya.
Syeikh Abu Bakar bin Salim ketika meninggal dunia, anak-anaknya itu semua wali. Kemudian diantara anak ini pada bertanya, yang mengantikan tugas ayah siapa? Kan ada yang bertugas menggantikan ayahnya ngurusin bagian tamu, bagian doa, bagian nolak balak dsb (Wali itu kan bagiannya nolak bala dan terima bala).
Maka bertanya anak-anak ini, tidak ada yang kemudian berkelahi, tidak ada, tidak ada yang sailing iri dengki, tidak ada, semua anak-anak wali ini rapat mendatangi ibunya. Ibunya juga waliyah (wali perempuan). Dan mereka bertanya kepada ibunya, bu diantara anak-anak ibu ini siapa yang menggantikan ayah? Ibunya berkata, kalian semua berangkat naik ke atas gunung, ibadah disana sampai Allah tunjukkan karomah dzahirah.
Akhirnya mereka senua berangkat ke atas gunung, dan semua anak-anak ini ibadah disana. Ibadah karena ingin tahu siapa yang akan menjadi pengganti ayahnya, karena ayahnya tidak memberikan wasiat yang menggantikan itu siapa, tidak.
Maka diadakan rapat/musyawarah, dan masih ada ibunya yang waliyah. Kemudian ibunya bertanya bagaimana hasilnya? Hasilnya dari semua anak yang ibadah ini tiba-tiba ada lentera dari langit turun persis di atas kepalanya Habib Husein bin Abu Bakar bin Salim, langsung yang lain menoleh dan mengatakan kak kamu yang menjadi penerus bapak, kami siap tunduk kepada perintahmu, kami siap mengikuti apa petunjukmu, seiya sekata dengan kakak.
Nah begitu menjadi pengganti bapaknya, kadang-kadang itu yang namanya murid ini tidak jelas suka mengatakan bapakmu dulu tidak begitu, bapakmu begitu.
Ini ada orang yang ngomong pada Habib Husein bin sewu bin Abu Bakar bin Salim, Ayahmu dulu begini, ayahmu dulu begitu. Maka Habib Husein mengatakan kalau kamu mencari ayah saya kuburannya disana, kalau mencari saya, disini saya, artinya beliau sudah sama dengan ayahnya. Ini eraku, ini jamanku, jadi kalau mau ya sama saya, saya modelnya ya seperti ini sudah maqomnya bapaknya.
Murid itu harus bisa menempatkan diri. Kalau cinta sama gurunya, ya ditaati meskipun mungkin caranya tidak sama dengan gurunya, kenapa? Karena jamannya berbeda, kondisi jaman yang dihadapi juga tidak sama. Tetapi yang namanya leluhur tidak pernah meninggalkan anak keturunannya. Karena wali itu tidak mati tapi pindah dari alam dunia ke alam barzah. Dialam barzah wali itu bebas jalan-jalan.
Nanya lagi dalilnya mana? jaman sekarang ini jaman minta dalil semua ya, tapi kalau menonton bioskop tidak tanya dalilnya mana ya, jadi lebih percaya sutradranya Hollywood daripada Kyai dan para Habaib.Tapi tidak apa-apa kalau mau tanya dalilnya. Dalilnya adalah Isra' mi'raj itu sendiri. Ketika Nabi shallallahu'alaihi wa salam isra' mi'raj, dan ini adalah dalil yang paling mudah, sebenarnya banyak dalil.
Sampai di Masjidil Aqso Rasulullah shallallahu'alaihi wa salam bertemu dengan ruhnya semua Nabi dan Rasul dan jasadnya Nabi dan Rasul yang belum meninggal. Kalau Nabi Isa kan belum meninggal berarti bertemu dengan jasad dan ruhnya bukan hanya dengan ruhnya, tapi yang lain ketemu ruhnya.
Pertanyaannya ruhnya ada dimana kok bisa berkumpul di Masjidil Aqsa? Ruhnya ada di alam barzah. Bahkan Nabi Muhammad sebelum datang ke masjidil Aqsa itu ziarah ke makamnya Nabi Musa alaihi salam. Dan Rasulullah lihat Nabi Musa sedang ibadah di dalam kuburnya. Setelah itu di Masjidil aqsa ketemu Nabi Musa juga disitu. Itu menunjukkan para anbiya wal mursalin ruhnya bebas berkeliaran kemana-mana, kenapa? Karena amalnya besar, jadi modalnya untuk pergi juga bebas.
Nah terus bagaimana dengan para wali? Ulama umatku seperti umat Nabi bani israil dan ulama itu pewaris para Nabi, jadi kalau Nabi punya mukjizat, ulama punya karomah.
Diambil dari Kajian Habib Novel Alaydrus
Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala alihi washobihi wasalim
Tiada ulasan:
Catat Ulasan