Syaidi syekh Ahmad Attijany Ra enggan mentalqin wiridan thoriqoh tijaniyah kepada As-sayyid Ahmad banunah, kecuali sesuai dengan syarat yang beliau berikan, yaitu meninggalkan semua wiridan yang pernah di ambilnya dari masyaikh lain.
As-Sayyid Ahmad banunah kemudian melakukan sholat qiyam, lalu ia baca semua wiridan yang ia miliki, kemudian meminta kepada Allah SWt agar Allah menampakn martabat (maqom) Sayyidi syekh Ahmad At-tijany Ra.
Lalu dia bermimpi, diri sayyidi syekh Ra semakin membesar sampai sangat besar dan menutupi ufuk jagat raya ini dn aikrnya iapun bergantungan di tangan sayyidi syekh Ra dalam mimpi tersebut, karena kedahsyatan yang luar biasa itu dia pun terbangun dari tidurnya.
Setela itu pula, ia lansung pergi kezawiyah dan bertanya tentang keberadaan Sayyidi syekh Ra, lalu ada yang mengatakan, “Beliau dalam perjalanan ke rumah seseorang maka ia pen kembali ke rumahnya dan mempersiapkan bekal yang ia bisa makan dalam perjalanan, lau ia mencari dimana Sayyidi syekh Ra berada.
Sayyidi Syekh Ahmad At-tijany Ra berkata kepada salah seorang yang ikut bepergian bersma beliau, “Hendaknya ada salasatu dari kalian berdiri untuk menemui sahabat kami, dia berada di tengah perjalanan dan tidak tau tempat dimana kita berada!” Maka ada seseorang yang berdiri dan membawa lelaki tersebut.
Ketika kondisi majelis sudah tenang As-Sayyidi Ahmad Banunah ingin menceritakan mimpi berkaitan dengan Sayyidi syekh Ra dalam pertemuan tersebut, ketika kondisi majelis itu belum kondusif Sayyidi syekh Ra menoleh ke arahnya memberikan isyarat agar jangan menyebutkan nama Sayyidi syekh Ra yang sebenarnya ada dalam mimpi nya, As-sayyidi Ahmad banunah berkata, yang isinya adalah:
Ada seseorang murid yang ber-suhbah dengan banyak syekh, ia juga memiliki bergam wiridan yang ia dapatkan dari para masyaikh, lau ia meminta keada seorang syekh untuk mentalqinkan thoriqohnya syekh tersebut kepadanya, namun syekh tersebut enggan melakukan itu terkecuali dengan persyaratan bahwa ia harus meninggalkan semua wiridan yang ia dapatkan dari masyaikh lain, sang Syekh tidak mengizinkan dirinya mencampuradukan wiridan thoriqoh seperti yang lainnya, sehingga syekh tersebut pun tidak mau mentalqinkan thoriqoh beliau kecuali ia mau menerima persyaratan tersebut.
Murid itu lalu mita kepada Allah swt agar Allah menampakan martabat syekh tersebut, sang murid pun melihat maqom syekh tersebut, yang mana ketika itu dia melihat dzat syekh itu memenuhi ufuk alam semesta, kemudian iapun bangun dari tidurnya dan pergi ke syekh itu untuk menyanggupi persyaratan yang sudah di berikan (yaitu meniggalkan semua wiridan masyaikh lain, lalu murid ini melihat syekh tersebut sedang duduk dengan shahabatnya, maka sang syekh pen mengizinkannya (mentaqinkanya wiridan thoriqoh tijaniyah) sebelum mipi tersebut di ceritakan, syekh juga melarang murid tersebut agar tidak menyebarluaskan mimpi itu kepada ornag lainnya dan sang murid menyampaikan perihal mimpi itu sebelum ia meninggal dunia.’
Sayyidi syekh Ra menoleh kepada Sayyid Ahmad Banunah lalu mentalqikanya thoriqoh, iapun mengikuti segala petunjuk Sayyidi syekh Ra, ia menyembunyikan mimpi itu sampai Sayyidi syekh Ra meninggal dunia, Sayyidi Ahmad banunah pun kemudian sakit menjelang wafatnya, ketia ia beranggapan bahwa kehidupan sudah mustahil lagi adanya, ia pun menceritkakan mimpi tersebut kepada orang-orang ada di sekitarnya.
*ZAWIYAH AL-BASSYAIR*
Tiada ulasan:
Catat Ulasan