Khamis, 6 Oktober 2022

Misteri Ainul Hayat Mata Air Keabadian


Dalam sejarah Islam, Ainul Hayat merupakan mata air kehidupan yang berkaitan dengan kisah Nabi Khidir AS. Sudah dikenal oleh banyak ulama terdahulu bahawasanya penyebab Nabi Khidir dipanjangkan umurnya adalah kerana meminum air Ainul Hayat.

Berdasarkan beberapa ahli tafsir, Ainul Hayat merupakan air kehidupan yang boleh memperpanjang usia manusia. Siapa pun yang meminum airnya, diyakini akan memiliki kehidupan abadi selama di dunia hingga hari kiamat.

Namun, keberadaan Ainul Hayat sendiri masih menjadi misteri hingga saat ini. Beberapa sumber menyebutkan, tidak ada satu pun yang mengetahui di mana letak kedudukan Ainul Hayat kecuali Nabi Khidir sendiri.

Misteri Ainul Hayat dan Kisah Perjalanan Mencari Mata Air Keabadian
Kisah Nabi Khidir yang bisa berumur panjang karena meminum air Ainul Hayat bersumber dari sebuah riwayat Ats-Tsalabi yang didasarkan pada Imam Ali RA dalam kitab Badai' Az-Zuhur. Pada riwayat tersebut, dikisahkan tentang keaguangan Raja Iskandar Zulkarnain.

Zulkarnain merupakan raja agung yang mampu menaklukkan dunia Timur dan Barat. Meskipun kekuasaannya luas, tidak lantas menjadikannya sombong dan zalim . Justru sebaliknya, Zulkarnain menjadi salah satu raja yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Suatu ketika di sekitar tahun 322 SM, Zulkarnain berjalan di atas bumi menuju ke tepi belahan bumi yang lain Dalam perjalanan tersebut, Allah mengutus Malaikat Rafa'il untuk mendampingi Zulkarnain.

Di tengah perjalanan, Zulkarnain berkata kepada Malaikat Rafa'il, "Wahai Malaikat Rafa'il, ceritakanlah kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit."

Malaikat Rafa'il kemudian menjawab, "Ibadah para malaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya. Ada yang sujud tidak mengangkat kepala selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya."

Mendengar jawaban Malaikat Rafa'il tersebut, Zulkarnain termenung. Di benaknya, muncul keinginan untuk melakukan ibadah yang sama seperti halnya malaikat. Zulkarnain memang diketahui sebagai raja yang senang melakukan ibadah kepada Allah.

Di tengah ketermenungannya, Malaikat Rafa'il kemudian berkata, "Sesungguhnya, Allah telah menciptakan sumber air di bumi. Namanya Ainul Hayat (sumber air kehidupan). Barang siapa meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat, atau sehingga ia memohon kepada Allah agar dimatikan."

Zulkarnain menjadi ingin tahu dan bertanya lagi kepada Malaikat Rafa'il, "Apakah kau tahu di mana tempat Ainul Hayat itu?"

Malaikat Rafa'il pun menjawab, "Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di belahan bumi yang gelap."

Setelah mendengar penjelasan Malaikat Rafa'il tentang Ainul Hayat, maka Zulkarnain segera mengumpulkan para alim ulama dan bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat, tetapi mereka menjawab, "Kami tidak tahu kabarnya."

Namun, ada seorang alim di antara mereka yang menjawab, "Sesungguhnya, aku pernah membaca di dalam wasiat Nabi Adam, ia berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di belahan bumi yang gelap."

Ketika Zulkarnain bertanya di mana tempat bumi yang gelap itu, orang alim itu pun menjawab lagi, "Di tempat terbit keluarnya matahari."

Menurut beberapa penafsiran, orang alim yang dimaksud tersebut adalah Nabi Khidir yang ikut dikumpulkan Zulkarnain bersama orang-orang alim lainnya.

Nabi Khidir kemudian menjadi salah seorang yang diajak Zulkarnain dalam ekspedisinya mencari sumber mata air Ainul Hayat tersebut. Nabi Khidir pun diketahui menjadi salah satu yang memimpin pasukan.

Mengutip Janibal Ma’rifat oleh Dafiq Rohman (2019: 44), mereka menempuh perjalanan jauh untuk mencari Ainul Hayat hingga menjumpai tempat keluarnya matahari tepat pada arah kiblat. Mereka diketahui melakukan perjalanan selama 12 tahun.

Begitu sampai di tepi belahan bumi yang gelap itu, dikisahkan gelapnya seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian, Zulkarnain masuk ke tempat tersebut dengan didampingi oleh Nabi Khidir.

Saat mereka berjalan, Allah memberikan wahyu kepada Nabi Khidir, "Sesungguhnya, Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat itu Aku khususkan untuk kamu."

Setelah mendapatkan wahyu tersebut, kemudian Nabi Khidir berjalan menuju ke sebelah kanan jurang dan didapati olehnya Ainul Hayat yang dicarinya itu. Nabi Khidir lantas melepas pakaiannya dan menuju Ainul Hayat tersebut untuk mandi dan meminum airnya.

Setelah mandi dan minum air Ainul Hayat, ia pun menemui Zulkarnain yang tidak pernah tahu kejadian tersebut. Sementara Zulkarnain dikisahkan berkeliling selama 40 hari di tempat yang gelap gulita itu tanpa berhasil menemukan letak Ainul Hayat.

Sejumlah ahli tafsir menyebutkan, berkat Ainul Hayat tersebut, Nabi Khidir diketahui masih hidup dan keberadaannya masih ada di bumi hingga saat ini.

Kisah perjalanan mencari Ainul Hayat tersebut juga ditafsirkan dalam kitab Al-Futuhat Al-Ilahiyah. Namun, kisah ini juga memiliki beberapa penafsiran yang berbeda.

Dalam Tafsir An-Nasafi, disebutkan Zulkarnain pada mulanya mengetahui tentang Ainul Hayat dari kitab-kitab terdahulu bahwa salah seorang putra Sam pernah minum dari Ainul Hayat lalu dia hidup abadi hingga hari kiamat.

Penafsiran itu berbeda dengan tafsir mengenai Zulkarnain yang mengetahui tentang Ainul Hayat dari Malaikat Rafa'il dan Nabi Khidir.

Pada dasarnya, tidak ada hadits sahih perihal kepergian Zulkarnain dan Nabi Khidir dalam mencari Ainul Hayat. Kisah ini juga dituturkan dalam Israiliyat, yaitu cerita-cerita yang kerap kali dibawa oleh orang-orang Yahudi yang masuk Islam.

Meskipun demikian, sebagian ulama berpendapat bahwa Ainul Hayat itu memang ada dan Nabi Khidir masih hidup hingga kini. Di antara ulama-ulama tersebut yang memercayai tentang ini, yaitu As-Suyuthi dalam kitab Khasha'ish, Wabh bin Al-Munabbih dalam Al-Mubtada, Imam An-Nawawi, dan lainnya.

Cpf

Tiada ulasan:

Catat Ulasan